Final NBA 2018: Cavaliers Boleh Berdoa Warriors Bunuh Diri
jpnn.com, OAKLAND - Final NBA 2018 antara Golden State Warriors vs Cleveland Cavaliers, mencatatkan sejarah baru dalam pentas olahraga profesional Amerika Serikat (AS).
Warriors dan Cavaliers menjadi dua tim pertama yang sanggup bersaing di partai puncak empat kali berturut-turut. Ini bukan hanya belum pernah terjadi di NBA. Namun juga belum pernah terjadi di MLB (baseball), NHL (hoki), maupun NFL (football Amerika).
LeBron James dan Stephen Curry masih menjadi simbol utama yang mewakili kedua tim. Sejauh ini, Curry masih yang lebih unggul. Dia membawa Warriors memenangi dua gelar dari tiga pertemuan sebelumnya yakni pada 2015 dan 2017.
Warriors kini juga jauh lebih diunggulkan untuk meraih titel ketiganya dalam empat tahun terakhir. Skuat Warriors yang dihuni bintang-bintang macam Kevin Durant, Klay Thompson, maupun Draymond Green memang jauh lebih stabil dalam permainan dibanding Cavaliers yang nyaris hanya mengandalkan sinar seorang LeBron.
“Kami datang ke final dengan bukti betapa dalamnya kekompakan kami sepanjang musim ini,” ucap Steve Kerr, head coach Warriors dilansir ESPN.
Namun, jangan dilupakan kejadian pada 2016. Saat itu Warriors juga jauh lebih diunggulkan. Homecourt advantage juga menjadi milik Warriors persis seperti tahun ini. Namun, kedigdayaan LeBron mengoyak itu semua. Cavaliers bangkit dari ketertinggalan 0-2 dan 1-3 untuk berbalik menang 4-3 dan merengkuh trofi NBA pertama mereka.
Hal yang sama telah dilakukan LeBron musim ini untuk menyingkirkan Boston Celtics di final wilayah timur. Namun, apakah 'bensin' seorang LeBron masih cukup dalam meredam Warriors itulah yang menjadi pertanyaan utamanya sekarang. Apalagi, performa skuat Cavaliers lain sering kali limbung. Jauh dari kata konsisiten.
“Saya rasa orang-orang tidak akan paham betapa beratnya mencapai titik ini. Bertanding di final dan bertemu mereka (Warriors) untuk kali keempat adalah capaian yang tidak pernah terbayangkan,” ucap Tyronn Lue, head coach Cavaliers dilansir ESPN.