Fokus pada Program Hilirisasi, Pemerintah Terus Garap Industri Baterai Lithium
jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah terus mendorong industri baterai lithium sebagai bagian dari keseriusan terhadap program hilirisasi mineral.
Hal ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara Battery Day Series yang digelar secara virtual oleh CLSA Sekuritas.
“Saat ini kita akan memiliki smelter copper di Weda Bay, Halmahera, dan kita juga bisa memproduksi asam sulfat yang merupakan bagian penting dari lithium baterai. Kami menargetkan pada 2023 bisa memproduksi baterai lithium 811,” ujar Menko Luhut pada Kamis (26/11).
Menurut Luhut, pengembangan produk turunan nikel saat ini masih fokus pada stainless steel, namun secara bertahap pemerintah terus menyiapkan semua kebutuhan agar industri di Indonesia bisa menuju ke produksi baterai lithium.
“Indonesia saat ini fokus terhadap hilirisasi, semuanya harus dilakukan hilirisasinya. Mengapa? Karena industri hilirisasi ini menciptakan banyak kesempatan kerja, nilai tambah, transfer teknologi, pendidikan, dan banyak hal lain yang bisa kita dapatkan dari hilirisasi,” terangnya.
Untuk menyukseskan target tersebut, pemerintah juga menyiapkan skema insentif berupa Tax Holiday yang berlaku untuk HPAL dan Pyrometallurgy.
Kemudian pengurangan royalti dari 10% menjadi 2% untuk limonite nickel ore untuk produksi HPAL, dan tax allowance untuk pengolahan dan pemurniannya.
“Pipeline proyek HPAL di Indonesia saat ini setidaknya sudah ada 4 pabrik HPAL yang sedang disiapkan. Pertama yaitu PT Halmahera Persada Lygend di Halmahera, kemudian PT QMB, PT Huayue dan PT Vale Indonesia yang berada di Sulawesi. Ini sudah mulai berjalan sekarang, jadi kami sangat serius khususnya untuk pengembangan ini semua,” tambahnya.