Ganguan Tidur, Temukan Jawabannya
Maka, tak heran pada manusia berusia lanjut sering ditemui kondisi yang mendorong timbulnya gangguan tidur.
Banyak terjadinya perubahan dalam hidup di antaranya, seperti pola tidur yang berubah, pensiun sehingga tak banyak aktivitas yang dilakukan, psikis kehilangan pasangan hidup atau teman, munculnya illness (penyakit degeneratif), serta pengaruh dan efek samping obat yang dikonsumsi.
“Beberapa faktor di atas tak dapat dipungkiri bagi seseorang yang memasuki usia lanjut,” ujar Fenny.
Maka, dokter alumnus Universitas Brawijaya itu menyarankan bagi lansia penderita insomnia untuk berkonsultasi dan menemukan penyebab utamanya dari gangguan tidur.
“Kini semakin banyak pasien yang mengkonsultasikan dirinya. Dan mereka pasti tidak akan tahan dengan kondisi demikian, paling tidak seseorang hanya bertahan satu bulan. Bayangkan dalam 24 jam hanya bisa tidur 1-2 jam saja. Tentu efeknya sangat merugikan,” terang Fenny.
Menurutnya, pasien bisa datang ke Poli Psikiatri. Penanganan akan dilakukan secara komprehensif. Si pasien akan dievaluasi secara mendalam guna menemukan penyebab sekunder ataupun primer.
“Kita evaluasi dan kita cari benerbener. Ada gak underlying diseasenya. Kalau ada gangguan depresi, kita tangani depresinya sampai sembuh. Kalau itu sembuh gangguan tidur akan berkurang. Sambil kita bantu terapkan sleep hygiene,” terang Fenny.
Lalu Fenny menceritakan salah satu pasiennya. Si pasien yang sudah insomnia kronik memeriksakan dirinya.