Ganjal Mesin ATM dengan Mika, Bisa Raup Rp 75 Juta
"Tersangka mengakui bahwa sebelum beraksi di Bali juga beraksi di Jakarta. Pertama kali memasang di Kuta Selatan. Stikernya dicetak di Jakarta," tutur Wirajaya.
Ketika korban menghubungi call center palsu itu, maka salah satu pelaku akan berpura - pura menjadi pegawai bank. Pelaku lantas bertanya tentang nomor rekening dan PIN ATM korbannya.
"Ditanya nasabah yang panik kartunya nggak bisa keluar. Ditanya PIN-nya, nomor ATM dan sebagainya. Begitu data lengkap otomatis kartu gak bisa dikeluarkan lagi. Begitu korban pergi transaksi dilanjutkan sehingga uang nasabah dikuras. Ada yang diambil cash ada yang ditransfer. Kalau limitnya habis dia sistem ya transfer," jelasnya.
Tersangka mengaku sudah memasang mika pengganjal dan stiker call center palsu di beberapa tempat ATM milik BNI, BRI, Mandiri dan Danamon. Antara lain di wilayah Kuta, Jimbaran dan Nusa Dua.
Tersangka memilih ATM yang tidak begitu ramai orang sehingga mudah dalam memantau dari jarak yang tidak terlalu jauh. Namun, polisi belum menghitung total uang yang sudah diraup pelaku yang disebut Komplotan Palembang itu.
"Kerugian belum tahu karena TKP ada 15 di seluruh Denpasar dan Badung. Ada di Sanur, Kuta Selatan dan Kuta. Jimbaran juga banyak. Saya koordinasi dengan pihak bank. Karena hampir semua bank BRI, Mandiri, BNI dan HSBC. Kami minta data ke Bank untuk minta data nasabah yang menjadi korban," tuturnya.
Polisi juga masih menelusuri pihak yang menjadi operator atau call center. Wirajaya menduga komplotan itu belajar secara autodidak karena terlihat masih konvensional.
“Pengakuannya sudah ada Rp 75 jutaan dari 15 TKP kalau rata - rata per TKP Rp 5 juta. Bisa dikuras hampir segitu. Nanti kami masih minta data ke bank," tuturnya.