Garuda tanpa Emirsyah
Oleh; Effnu Subiyanto*Akhir November 2014 Garuda membuat kerja sama code share dengan Myanmar Airways International. Jejaring internasional terus dibangun sejak masuknya Garuda dalam SkyTeam, aliansi penerbangan global, awal tahun ini dan ini sangat menguntungkan penumpangnya.
Ada 20 maskapai dunia yang menjadi anggota SkyTeam dan menjangkau sedikitnya seribu rute internasional. Terbang dengan maskapai nasional Garuda sekarang tidak lagi bisa disebut kampungan pada level internasional. Pada rute-rute penting dunia, nama Garuda sudah tidak asing lagi dan ini membawa kebanggaan bangsa Indonesia.
Modal Kompetisi
Meski demikian, strategi Garuda yang ekspansif sekarang ini harus diapresiasi karena akan menjadi modal penting dalam menghadapi MEA open sky tahun depan. Daya angkut Garuda meningkat 2,7 kali dan kini menjadi 20,9 juta penumpang per tahun. Dengan banyaknya tambahan armada pesawat baru, daya angkut kargo juga melonjak menjadi 292.888 ton per tahun (September 2014). Bahkan, kini Garuda menjadi the best airline nomor 7 dunia.
Emirsyah adalah CEO yang bersedia taking risk dengan mempertaruhkan opportunity untung sekarang, namun digunakan untuk memperbesar amunisi untuk persaingan regional, bahkan global. Karena itu, melihat modal Garuda yang demikian kuat ini dan selalu penuhnya seat Garuda dengan okupansi di atas 80 persen, ke depan Garuda seharusnya sudah tidak boleh melapor rugi.
Tugas direktur utama yang baru, yakni Arif Wibowo, sebenarnya relatif mudah karena harus membawa perusahaan rugi menjadi perusahaan untung. Ini berbeda dengan tugas Dwi Soetjipto yang berat di Pertamina. Karena Pertamina kini sudah untung USD 3,07 miliar (Rp 32,05 triliun), tugas Dwi harus membuat untung lebih besar lagi tahun depan. Padahal, ketika harga BBM mendekati pasar, masyarakat mulai akan melirik kompetitor Pertamina.
Yang sangat positif dari banyaknya direktur utama BUMN yang mundur adalah berjalannya estafet kepemimpinan. Menjadi direktur utama BUMN kini bukan hasil rebutan lagi, melainkan sebuah amanah mahaberat. Sebab, jika salah menjalankannya, penjara yang akan menunggunya.
Selamat jalan, Pak Emir. Selamat datang, Pak Arif. (***)