GComm Soroti Gaya Komunikasi Ketiga Capres Saat Debat Tidak ‘Membumi’
Andi mengatakan seharusnya ketiga capres berkomunikasi efektif dengan menjelaskan rinci apa saja turunan dari perspektifnya jika terpilih sebagai presiden sesuai materi debat tahap pertama.
Andi Irman menuturkan dengan pola komunikasi politik mencoba merusak sisi personal kompetitor politik justru dapat berakibat fatal merugikan diri capres bersangkutan, sebut saja salah satunya popularitas yang menurun.
“Sebenarnya tidak perlu diungkap aspek tentang kepentingan politik maupun tendensi kekuasaan yang ada. Berkomunikasi gaya itu dalam debat tidak akan menarik perhatian pemilih, malah bisa saja bumerang ke capres yang menyerang lawannya,” kata Andi.
Sisi lainnya yang disoroti Andi ialah tidak sistematis dan sulitnya gaya komunikasi ketiga capres mengungkapkan visi misinya jika terpilih pada Pilpres 2024.
Dia menilai kalimat komunikasi yang disampaikan ketiga capres terlalu ‘melangit’.
Padahal, tambah Andi, mayoritas pemilih di Indonesia adalah kelompok menengah yang dalam kesehariannya kerap berinteraksi dengan kalimat sederhana dan mudah dicerna.
Dengan gaya penyampaian komunikasi begitu maka masyarakat akan kesulitan memahami apa keunggulan masing-masing capres.
Andi menyarankan untuk debat tahap selanjutnya sebaiknya ketiga capres lebih mendekati pola komunikasi yang lebih humanis dan merakyat sehingga menciptakan argumentasi menarik bagi masyarakat.