Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Gerhana

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kamis, 27 Mei 2021 – 08:11 WIB
Gerhana - JPNN.COM
Gerhana bulan terlihat di Mesjid Al Azhar, Jakarta, Rabu (26/5). Foto: Ricardo/JPNN.com

Prasasti itu menggambarkan peristiwa candragrahana atau gerhana bulan, sebuah peristiwa yang dianggap sangat penting ketika itu.

Fenomena gerhana juga terdapat pada salah satu relief di Candi Belahan atau Sumber Tetek di Mojokerto, Jawa Timur. Relief menggambarkan candra sinahut kalarahu atau raksasa menelan bulan.

Ada dua pendapat berbeda tentang angka tahun relief itu, yakni menunjuk tahun 1009 Masehi atau 1049 Masehi. Tanggal itu berhubungan dengan meninggalnya Prabu Airlangga, serta momentum terbelahnya kerajaan Mataram menjadi dua, yakni Kerajaan Kadiri dan Panjalu.

Suasana gerhana bulan total diibaratkan dengan suasana kegelapan politik, sebagaimana gelapnya dunia saat terjadi gerhana total.

Karena itu masyarakat keluar rumah untuk membuat keriuhan dengan berbagai tetabuhan untuk mengusir Batara Kala sehingga dunia akan kembali menjadi terang.

Prof. Daniel Muhammad Rosyid, guru besar ilmu kelautan ITS Surabaya melihat fenomena Betara Kala dalam perspektif politik modern.

Betara Kala adalah mitos, tetapi dalam politik, mitos selalu dihidupkan untuk melanggengkan kekuasaan.

Kondisi politik Indonesia dewasa ini diibaratkan berada dalam kegelapan karena ditelan Betara Kala.

Kondisi politik Indonesia dewasa ini diibaratkan berada dalam kegelapan karena ditelan Betara Kala.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close