Gua Jepang, Saat Itu Warga Digemparkan Kehadiran Orang Asing
Untuk melanjutkan ke gua berikutnya, harus berjalan kaki dan mengitari jalan leter O. Hingga menemukan banyak gua. Gua ke-5 hingga 7 letaknya berderet. Gua 8 hingga 11 di area leter O itu. “Bangunannya di dalam bawah tanah, dan ada yang di atas. Kalau musim hujan, ada yang terendam air,” ungkapnya.
Tukijan menceritakan, konon gua itu dibuat saat Jepang secara diam-diam menginjakkan kaki di Jogjakarta. Kedatangan Jepang untuk mengusir penjajah Belanda. “Berdasarkan cerita Mbah Sono, mbah saya itu, Jepang sengaja dipanggil oleh Bung Karno lewat PBB untuk mengusir Londo,” ungkap Tukijan.
Dikatakan, Mbah Sono pula yang ikut menjadi salah satu pembuat bangunan bawah tanah Gua Jepang. Sebelum adanya gua itu, bukit Ngreco merupakan area pertanian bagi warga setempat. Seperti biasa, setiap hari warga bertani di kebun. Seketika digemparkan adanya orang asing yang tiba-tiba berada di area perkebunan.
Karena pemerintah desa saat itu tahu tujuan kedatangan Jepang untuk mengusir Belanda, akhirnya sepakat bekerjasama dengan Jepang. “Nah, salah satunya membuat markas Jepang, berupa gua dan bunker. Tempat itu untuk mengintai sekutu,” terang Tukijan (9/12).
Ia menambahkan, kata leluhurnya itu Jepang sampai di desanya Maret 1942. Ukuran gua rata-rata tiga meter hingga lima meter. Ada beberapa juga yang tergabung dua pintu saling terhubung. Bangunan dibuat warga kala itu menggunakan pasir dari Sungai Opak.
“Warga menambang pasir sesuai arahan Jepang. Tidak boleh lebih dan kurang. Menyisir tebing berbatu yang saat ini sudah jadi jalan aspal,” terang Tukijan.
Belanda terusir, Jepang semakin menjadi-jadi membangun tepat tinggal di area pertanian. Akhirnya pada tahun 1945, Belanda terusir. “Dan waktu itu pada 17 Agustus Bung Karno menyatakan merdeka. Tentara Jepang menyerah dan kembali ke wilayahnya,” ujarnya.
Gua 12 hingga 17 berada di jalan dari leter O ke arah selatan. Ukurannya hampir sama. Sebagian ada bunkernya, sebagian tidak. Gua yang tidak terkelola, lantaran aksesnya belum baik.