Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Gus Kikin Minta Pemakaman Jenazah Covid-19 Sesuai Agama yang Dianut Pasien

Senin, 22 Juni 2020 – 07:16 WIB
Gus Kikin Minta Pemakaman Jenazah Covid-19 Sesuai Agama yang Dianut Pasien - JPNN.COM
Ilustrasi pelatihan cara pemulasaraan dan pemandian jenazah korban COVID-19. Foto: ANTARA/Yudi Abdullah

jpnn.com, JOMBANG - KH Abdul Hakim Mahfudz, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, meminta proses pemulasaraan dan pemakaman jenazah yang diduga terkonfirmasi COVID-19 sesuai dengan agama yang dianut masing-masing pasien.

"Kami tidak berbicara dalam konteks pemulasaraan jenazah yang Muslim saja, tetapi secara keseluruhan, apa pun agamanya. Mengingat proses pemulasaraan jenazah ini cukup sensitif dalam perspektif budaya sebagian masyarakat kita," kata Gus Kikin, sapaan akrab KH Abdul Hakim Mahfudz di Jombang, Minggu (21/6).

Ia juga meminta Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dan pihak rumah sakit melibatkan tokoh-tokoh agama untuk memastikan proses pemulasaraan jenazah sesuai dengan agama yang dianut pasien dan menghindarkan keraguan-raguan keluarga serta masyarakat.

Ia juga meminta proses pemakaman jenazah pasien terduga atau yang terkonfirmasi positif COVID-19 untuk mempertimbangkan aspek budaya dan kearifan lokal.

Jika dimungkinkan, keluarga dan masyarakat sekitar tempat tinggal pasien dapat diberikan kesempatan untuk melepaskan keberangkatan jenazah ke tempat pemakaman dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan dan dilaksanakan dalam tempo yang sewajarnya.

"Ada yang mengusulkan, jenazah tetap di dalam ambulans, tanpa harus diturunkan saat disalati dan prosesi pemberangkatan jenazah. Wacana seperti itu perlu dikaji oleh gugus tugas dan pihak terkait," katanya.

Dia menambahkan, dengan diberikannya kesempatan kepada keluarga dan masyarakat sekitar tempat tinggal pasien untuk melepaskan keberangkatan jenazah ke tempat pemakaman diharapkan dapat menghapus stigma negatif kepada pasien dan menjadi proses edukasi di masyarakat bahwa COVID-19 bukanlah aib.

"Langkah ini diharapkan bisa jadi jalan tengah, daripada terjadi benturan antara keluarga dan petugas kesehatan, seperti kasus yang marak belakangan. Tapi hal ini tentu harus disesuaikan dengan kondisinya. Kalau pasien meninggal di Surabaya, sementara keluarganya berada di kota yang jaraknya cukup jauh, tentu berbeda pertimbangannya," katanya.

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang meminta proses pemulasaraan dan pemakaman jenazah yang diduga terkonfirmasi COVID-19 sesuai dengan agama yang dianut masing-masing pasien.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News