Gusdurian dan Tanggung Jawab Meraih Puncak Kekuasaan
Oleh KH Imam Jazuli Lc MA*Mari sejenak kita mengenang Partai Masyumi yang gagal meraih puncak kekuasaan, yang berarti kadernya mesti jadi presiden. Hal itu tidak bisa dilepaskan dari konflik internal pada 1952 sehingga NU keluar dan Masyumi.
Peristiwa tersebut jika dilihat dari sudut pandang orang dalam, sesama muslim, tentu itu soal perbedaan pemikiran. Namun, jika dilihat dari sudut pandang orang luar, tentu itu akan berakhir pada kesimpulan: orang-orang Islam mudah berpecah belah.
Nyatanya memang benar. Secara objektif, umat Islam mudah dipecah belah. Itu bisa dilihat dari pengalaman partai-partai politik Islam era reformasi.
Orang-orang ”Partai Keadilan (PK)” tidak sejalan dengan orang-orang ”Partai Sejahtera (PS)” sehingga dua kubu itu harus dirangkul menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Apakah strategi tersebut berhasil? Tentu tidak! Lihat saja, setelah itu muncul lagi Partai Gelora.
Hal serupa menimpa partai lain. Misalnya, dahulu pendiri Partai Amanat Nasional, kini pendiri Partai Ummat.
Lupakah saja partai lain. Biarlah mereka hidup dengan hasrat mereka sendiri.
Namun, warga nahdliyyin yang khususnya pengagum gagasan Gus Dur, sudah saatnya bersatu padu membesarkan PKB, warisan Gus Dur yang paling konkret dan nyata.