Hadiah Lebaran Tak Terlupakan saat Reuni Pemilik Hati Baru
Jaga Semangat, si Juru Selamat Simpan Boneka dan BejanaSelasa, 07 Oktober 2008 – 09:49 WIB
Prof Shen Zhong Yang tampil sangat low profile di panggung. Itu kelihatan dari adegan berikut ini. Di panggung muncul dua gadis. Yang satu membawa boneka “banana-bajamas”. Satunya lagi membawa bejana terbuat dari kaca. Serupa dengan bejana yang biasa ditaruh di atas meja untuk memelihara ikan hias. “Boneka dan bejana ini Anda abadikan di ruang kerja Anda. Mengapa?” tanya MC yang tak lain adalah penyiar penting CCTV, stasiun TV milik pemerintah pusat Tiongkok itu.
Prof Shen lantas menceritakan apa hubungan boneka dan bejana itu dalam hidupnya. Boneka itu ternyata milik pasiennya yang masih berumur 7 bulan. Sang anak harus menjalani ganti hati. Namun, tidak segera dapat donor. Sudah 28 orang dicadangkan, tapi tidak satu pun ada yang cocok. Anak itu akhirnya meninggal dunia. Prof Shen sangat sedih. Itu delapan tahun lalu ketika rumah sakit ini belum terlalu kuat.
“Pemilik boneka inilah salah satu yang membuat semangat saya terus meluap-luap untuk memajukan rumah sakit ini. Karena itu, boneka ini selalu saya taruh di kamar kerja saya,” ujarnya. “Sekarang, tidak akan terjadi lagi peristiwa seperti itu,” tambahnya.
Lalu, bagaimana kisah tentang bejana ikan hias itu? “Ini milik seorang pemuda 28 tahun. Dia selalu membawa ikan hias dalam kamarnya. Dia sudah berhasil menjalani ganti hati dengan baik. Tapi kemudian terkena infeksi. Meninggal dunia,” kisahnya. Bejana itu jadi peringatan penting bahwa perawatan setelah ganti hati tidak kalah pentingnya dengan pelaksanaan operasinya. Maka Prof Shen kembali menekankan pentingnya kedisiplinan pasien ganti hati dalam melakukan perawatan dirinya.
Rupanya dua benda itu yang telah membuat prestasi rumah sakit tersebut menjadi yang terbaik di dunia untuk bidang ganti hati. Jumlah “alumni” ganti hati seluruh dunia, kalau dikumpulkan, sudah kalah dengan satu rumah sakit ini saja. Rekor apa pun dipecahkan di sini. Termasuk rekor operasi tanpa transfusi darah.
Ide dan semangat mendirikan rumah sakit itu juga berlatar belakang sikap “ai guo” (cinta negara)-nya yang luar biasa. “Sebagai orang Tiongkok, saya merasa terhina negara saya diremehkan di dunia luar,” katanya. Perasaan itu muncul saat dia memperdalam bidang transplantasi di Jepang. “Sejak menyelesaikan gelar doktor di Jepang, saya sudah bertekad menjadikan Tiongkok yang terbaik di dunia dalam bidang transplantasi hati,” katanya. “Dalam perjalanan pulang dari Jepang, sambil memanggul buku-buku yang sangat berat, sampai badan saya pegal semua, saya terus memikirkan bagaimana mendirikan rumah sakit ini,” tambahnya.