Ha..ha...Namanya (.), Tanda Baca Itu Lho...Bukan Titik
Banyak penantang rekor N itu kini. Ada Y di Jogjakarta, D di Pemalang, dan kakak adik dari Payakumbuh, O serta Z, yang bahkan jauh lebih senior daripada N. Penamaan O itu bahkan memang disengaja oleh orang tuanya untuk memecahkan rekor dunia yang tercatat di Guinness World Records.
O adalah contoh betapa ambisi orang tua kadang bisa menyulitkan anak. Semasa SD, perempuan kelahiran 22 November 1964 tersebut kenyang jadi sasaran olok-olok.
’’Kawan-kawan selalu bersorak, O Kanai, O Kanai (O Kena, O Kena). Saya sering menangis dibuatnya,’’ kenang O yang sehari-hari berprofesi pengacara kepada Padang Ekspres (Jawa Pos Group).
Kalau sang adik, Z, dia malah lebih banyak mengalami kesulitan karena nama saat sudah dewasa. Baik dalam masalah pekerjaan maupun perbankan. Pria kelahiran 30 Oktober 1966 itu pernah nyaris tak bisa membuka rekening bank.
Pengajuan kredit pria yang berwiraswasta itu juga selalu ditolak. Sebab, sesuai dengan aturan di bank, yang mengajukan kredit harus punya nama yang minimal terdiri atas tiga huruf.
’’Karena nama saya cuma satu huruf, jadilah tak pernah jebol sampai sekarang,’’ ungkap petinggi sebuah partai di wilayah Lima Puluh Kota tersebut.
Berbagai pengalaman tidak menyenangkan itulah yang mungkin membuat O dan Z tak mau meneruskan tradisi nama tak lazim ke keturunan mereka. Empat anak O dan lima buah hati Z punya nama-nama ’’normal’’, minimal dua kata.
Nah, N mengaku tak pernah mengalami berbagai pengalaman buruk seperti O dan Z itu. Namanya yang singkat juga tak sekali pun membuatnya canggung atau minder.