Haruna Soemitro
Oleh: Dhimam Abror DjuraidSampai sekarang tidak terdengar kabar. Katanya akan digelar pada 2023, tetapi jadwalnya belum pasti.
Indonesia beruntung mendapatkan STY untuk menangani timnas. Publik bola nasional berharap banyak kepada STY. Setidaknya publik berharap STY bisa mengulang prestasinya ketika membawa Seongnam menjuarai Liga Champion Asia, atau membuat kejutan ketika membawa Korsel menggasak Jerman 2-0 di Piala Dunia Rusia, 2018.
Dengan prestasinya itu bukan mustahil STY bisa menciptakan kejutan di Piala Dunia U-20 atau di ajang-ajang regional lain. Yang dia butuhkan hanyalah kepercayaan dan otoritas penuh untuk membentuk tim.
PSSI mengatakan posisi STY aman sampai akhir kontrak. Namun, siapa bisa menjamin? Rekam jejak PSSI dalam hal-hal semacam ini lebih sering angin-anginan karena masuk angin, ketimbang konsisten.
Pernyataan Haruna menjadi indikasi ada tarung kepentingan di tubuh PSSI. Seumpama permainan sepak bola, sekarang terbuka kepada umum bahwa dressing room PSSI tidak kondusif. Tidak ada leader yang bisa mengendalikan dressing room.
Para penggemar bola mafhum, dressing room yang kacau tidak pernah bisa menghasilkan permainan tim yang bagus. Dressing room yang kacau menjadi indikator pelatih kehilangan kontrol dan tidak bisa mengendalikan pemain dan stafnya. Ujungnya sudah pasti, sang pelatih out.
Ibarat dressing room, Mochamad Iriawan adalah sang pelatih. Dia harus bisa menertibkan pemainnya. Tidak peduli seberapa hebat si pemain, meskipun tekniknya sundul langit, tetapi kalau membuat kacau dressing room si pemain harus diberi sanksi.
Pilihannya cuma dua, si pemain out atau sang pelatih yang justru ditendang keluar. Pelatih yang pintar dan berwibawa akan bisa mengatasi kekacauan dressing room ini.