Haruna Soemitro
Oleh: Dhimam Abror DjuraidDia akan berani membangkucadangkan si pemain trouble maker dengan segala risikonya. Namun, pelatih yang lemah tidak akan berani memberi sanksi, dan akibatnya dressing room kacau.
Ini bukan kali pertama dressing room PSSI kacau. Ketika Edy Rahmayadi menjadi ‘’penguasa dressing room PSSI, kondisi ribut seperti ini juga terjadi. Edy tidak bisa mengendalikan pengurus-pengurus PSSI di dressing room sendiri. Banyak pengurus yang membangkang dan akhirnya melakukan kudeta.
Edy Rahmayadi pun pilih mundur karena ketika itu sudah memenangi jabatan sebagai gubernur Sumatera Utara.
Konflik Haruna dengan STY akan menjadi duri dalam daging yang bisa membuat seluruh badan meriang. Konflik ini menjadi kerikil dalam sepatu yang membuat langkah PSSI terseok-seok tidak nyaman. Kerikil harus dibuang, atau sepatu yang harus diganti.
Mengaca pada kasus Edy Rahmayadi, kali ini sepatu akan diganti kalau tidak berani membuang si kerikil.
Apa sang sepatu berani membuang si kerikil? Kelihatannya sang sepatu harus berhitung cermat. Dia (kabarnya) punya target politik pada 2024. Karena itu dia harus bertahan jangan sampai diganti dengan sepatu baru.
Namun, si kerikil ini punya backing batu besar seperti gunung yang tidak mudah digusur. Si kerikil ini pasti tidak sendirian di dressing room, banyak kroni dan konconya. Kalau salah perhitungan, alih-alih menghilangkan kerikil, sang sepatu malah yang out.
Konflik ini mengancam keberadaan STY. Setidaknya dia tidak sepenuhnya merasa nyaman karena merasa direcoki sampai ke hal teknis. Hal ini akan memengaruhi prestasi timnas yang sampai enam kali final belum bisa juara Piala AFF.