Hong Kong Konawe
Namun Tiongkok pasti tidak peduli dengan itu. Tiongkok bisa bersikap: salah rakyat Hong Kong sendiri, mengapa demo besar-besaran sepanjang tahun --yang tujuan akhirnya minta Hong Kong merdeka.
Keputusan Trump lainnya: akan memberi sanksi langsung kepada pejabat-pejabat tinggi Tiongkok dan Hong Kong.
Mungkin mirip sanksi yang dijatuhkan pada pejabat-pejabat tinggi Iran --yang tidak bisa bepergian ke Amerika. Termasuk, siapa tahu, tidak bisa ke markas PBB yang ada di New York.
Namun siapa tahu juga PBB sudah ambil pelajaran dari Covid-19: sidang PBB-nya lewat Zoom. Pun siapa tahu penyelenggara Zoom yang ditunjuk adalah Jagaters-nya JTO --mantan anak buah saya yang kini jadi bos penyelenggara webinar yang laris.
Keputusan Trump itu pasti membuat heboh warga Hong Kong. Saya jadi ingat teman saya: orang Surabaya.
Ia memilih menjadi warga negara Hong Kong. Katanya: fleksibelnya bukan main. Ia bisa ke Amerika, Inggris, Canada, Eropa kapan saja. Semaunya.
Kini mereka akan menjadi sama dengan warga negara Tiongkok. Yang untuk ke negara-negara itu harus mengurus visa --pun tidak tentu bisa dapat.
Pengusaha di Hong Kong benar-benar pusing, tetapi apa peduli Tiongkok. Hong Kong --di mata Tiongkok-- tidak lagi sepenting 30 tahun lalu.