HUT ke-44 Iran Diwarnai Seruan Matilah Republik Islam
jpnn.com, TEHRAN - Perayaan ulang tahun ke-44 Republik Islam Iran diganggu peretas yang menyela siaran langsung pidato Presiden Ebrahim Raisi dengan pesan anti-pemerintah, Sabtu (11/2).
Sebagai bagian dari perayaan, pemerintah mengumpulkan massa di Lapangan Azadi di Tehran untuk mendengarkan pidato sang presiden, sebuah upaya menunjukkan dukungan kepada rezim di tengah gelombang demonstrasi terbesar sejak Revolusi Islam 1979.
Dalam pidatonya, Raisi mengimbau kalangan muda yang telah diperdaya musuh untuk melawan pemerintah agar segera bertobat sehingga mereka dapat diampuni oleh pemimpin tertinggi Iran.
"Rakyat Iran akan merangkul mereka dengan tangan terbuka," ujar dia di depan ribuan pendukung pemerintah.
Siarang langsung pidato tersebut di internet sempat terputus selama sekitar satu menit ketika logo kelompok peretas pemerintah anti-Iran yang menyebut diri mereka “Edalat Ali (Keadilan Ali) tiba-tiba muncul di layar diikuti suara meneriakkan “Matilah Republik Islam”.
Protes berskala nasional melanda Iran setelah kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun dalam tahanan polisi moralitas negara itu pada September 2022 lalu. Pasukan keamanan meresponsnya dengan kekerasan mematikan.
Kelompok hak asasi HRANA mengatakan bahwa hingga Jumat, 528 pengunjuk rasa telah tewas, termasuk 71 anak di bawah umur. Dikatakan 70 pasukan keamanan pemerintah juga tewas. Sebanyak 19.763 pengunjuk rasa diyakini telah ditangkap.
Pada malam sebelum peringatan, Jumat (10/2), media setempat menayangkan pesta kembang api yang disponsori pemerintah, dan terdengar orang-orang meneriakkan "Allahu Akbar! (Tuhan Maha Besar!)".