Ibu Bantai 5 Anaknya dengan Parang
3 Tewas di Tempat, 2 KritisSelasa, 29 Desember 2009 – 08:02 WIB
Talizanolo Nduru yang biasa dipanggil Ama Arina inipun mencoba memanggil isterinya lewat jendela belakang rumah yang belum tertutup, karena rumah kediaman mereka berukuran 5x7 M beratap rumbia tersebut, masih belum siap karena kondisi keuangan keluarga yang sangat minim. Talizanolo Nduru yang sehari-harinya berkerja sebagai petani karet dengan penghasilan Rp200 ribu sebulan ini mengaku, dari jendela yang belum tertutup itu dia melihat anak-anaknya bergelimpangan dengan bersimbah darah. Penasaran dengan kondisi yang terjadi, kembali dia menuju pintu utama rumahnya dan tiba-tiba Siati membuka pintu rumah tersebut.
"Saya bertanya kepada istri saya, ada apa dengan anak-anak. Istri saya menjawab semalam rumah kemasukan rampok dan anak-anak kita dibunuh. Mendengar istri saya tersebut saya langsung curiga, jangan-jangan saya pula yang dicari perampok itu. Saya langsung ke rumah kepala dusun, mendengar hal tersebut kepala dusun memberitahukan hal itu kepada kepala desa. Bersama warga dan kepala desa kami kembali ke rumah saya dan membuka kamar. Sedangkan kepala dusun saat itu juga langsung berangkat ke Polsek Idanogawo untuk melaporkan kejadian tersebut kepada polisi," tuturnya sedih.
Sampai di situ Talizanolo terdiam, dia tak meneruskan kata-katanya. Setelah sekian lama baru dilanjutkannya lagi. "Tinggal anak saya yang paling bungsu yang belum dibantai oleh istri saya, namanya Kafina Nduru (1,5). Saat saya pulang dia tidur di ayunan dan sekarang saya titip sama orang tua di kampung," ujarnya. Sementara itu kondisi korban sekarat bernama Folo`o nduru (5) terlihat terkulai lemas di atas tempat tidur rumah sakit. Dia masih koma. Tampak perban menutupi luka di kepala bagian belakang, telinga sebelah kiri, dagu, dada, lengan kiri dan kanan, serta tiga luka sayatan di bagian punggung.