Ibu dan Ayahnya Nikah Lagi, Nadia Rawat 3 Adiknya di Rumah Tanpa WC
Keadaan ini diakui Ketua RT setempat Hendriadi. Kehidupan Nadia cukup susah. Bahkan, Nadia dan ketiga adiknya tidak memiliki akta kelahiran. "Mereka tidak punya. Bahkan dalam KK (Kartu Keluarga) terpencar-pencar mereka kakak-adik. Masuk ke dalam KK paman atau lainnya," ungkap Hendri.
Ibu Nadia bernama Yuliarna. Dia memang sudah lama pergi meninggalkan anaknya. Tepatnya sekitar enam tahun lalu. Dulu, alasannya pergi untuk mencari nafkah ke Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau.
Namun belakangan diketahui kalau ibunya menikah untuk yang ketiga kalinya dan tinggal di Madura. Sedangkan ayah kandung Nadia juga menikah lagi dan tinggal di Painan, Sumatera Barat.
"Dia (ibu Nadia) sudah punya keluarga. Anak ini tinggal bersama paman, nenek atau keluarganya. Sementara keluarganya susah pula. Bahkan untuk makan tiga kali sehari susah. Makanya dia cari uang sendiri," beber Hendriadi.
Dari 60 Kepala Keluarga (KK) yang masuk dalam RT 04, hanya sekitar 20-an rumah saja yang memiliki kamar mandi layak. Termasuk lingkungan tempat tinggal Nadia. Selebihnya masih mengandalkan kubangan sebagai tempat penampungan air.
"Sumur digali yang namanya bukit mau berapa meter. Kami bikin kubangan. Paling sanggup 3 meter supaya ada pori-pori. Ini hanya air genangan. Mau nggak mau terpaksa mandi di sana. Bahkan ada juga yang merebus untuk minum, dari pada enggak minum," ujarnya.
Akses jalan menuju ke lokasi ini cukup sulit. Padahal jarak dari pusat kota hanya sekitar 45 menit. "Infrastruktur jalan ke sini pun susah. Kalau hujan anak sekolah harus balik lagi. Kenapa? Sudah jatuh, pakaian kotor. Jalan ini puluhan tahun. Saya tinggal di sini sudah sejak 1997. Masih kayak gini aja. Dua bulan lalu baru dapat pengerasan, jalan tanah," bebernya.
Saat musim hujan, perekonomian masyarakat akan lumpuh total. Sebab mayoritas masyarakat bekerja sebagai pembuat batu bata. Jalan akan rusak dan truk tak dapat masuk ke sana.