Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ibu dan Ayahnya Nikah Lagi, Nadia Rawat 3 Adiknya di Rumah Tanpa WC

Senin, 21 Januari 2019 – 17:17 WIB
Ibu dan Ayahnya Nikah Lagi, Nadia Rawat 3 Adiknya di Rumah Tanpa WC - JPNN.COM
Nadia Safitri bersama 3 adiknya. Foto: Virda Elisya/JawaPos.com

jpnn.com, PEKANBARU - Nadia Safitri harus merawat tiga adiknya Diana (15 tahun), Marcel (10) dan Kevin (7) seorang diri. Mereka tinggal di rumah berukuran 4x5 meter, di Jalan Badak Ujung, RT 04 RW 04, Kelurahan Tuah Negeri, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Riau. Di mana ayah dan ibu mereka?

Virda Elisya, Pekanbaru

Di rumah Nadia tak ditemukan adanya perabotan. Hanya ada ruangan kecil sebagai tempat tidur. Kamar mandi tak ada dan air bersih pun juga susah didapat. Untuk mandi, mereka mengandalkan air tadah hujan di kubangan bekas galian alat berat. Tempatnya terbuka yang berada di samping rumahnya. Jaraknya sekitar tiga meter. Airnya berwarna kekuningan serta berbau.

Bahkan saat buang air, mereka melakukannya di sebuah kubangan lain yang berjarak sekitar enam meter. Ukurannya lebih besar dan lebar dari kubangan yang dimanfaatkan untuk menampung air hujan. Air di kubangan tersebut warnanya hijau lumut. Ada sebuah jamban berukuran satu kali satu meter yang di sekelilingnya ditutupi karung bekas.

Tak ada tempat penampungan kotoran atau septic tank. Sudah pasti kotoran langsung jatuh ke kubangan itu. "Iya, apa-apa di sini. Karena enggak ada sumur. Kalau minum ada air galon, kadang," ungkap Nadia, Senin (21/1).

Hal itu ternyata bukan hanya dirasakan Nadia beserta tiga adiknya. Di lingkungan itu ada sekitar lima rumah lainnya. Mereka juga melakukan aktivitas mandi, cuci dan buang air di kubangan itu. Kondisi ini tentu bertolak belakang dengan Pekanbaru yang menjadi ibu kota Riau yang kaya dengan minyak.

Mardiati (63), kerabat Nadia yang tinggal tak jauh dari mereka mengatakan, kegiatan bersih-bersih menggunakan air kubangan sudah dirasakan sejak puluhan tahun silam. Sebab untuk membuat sumur cukup sulit karena strukturnya tanah liat dan perbukitan.

"Saya tinggal di sini sudah sejak 1991. Ya memang beginilah keadaannya. Apa-apa menggunakan air itu. Kalau hujan banyak airnya. Tapi kalau kemarau, susah. Pergi mandi harus naik motor dulu, jauh," ungkapnya.

Belakangan diketahui ibunya menikah untuk yang ketiga kalinya dan tinggal di Madura. Sedangkan ayahnya juga menikah lagi dan tinggal di Painan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News