Inche Abdoel Moeis: Pejuang Nasionalis Tanpa Pamrih dari Kaltim
“Saya berharap dengan adanya buku ini dan dibaca oleh generasi muda saat ini, terlihat bagaimana pemuda-pemuda Kalimantan Timur dan daerah-daerah lainnya juga memiliki peran yang penting dalam pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena sering kali kita mendengar komentar bahwa perjuangan hanya berpusat di Pulau Jawa, sebagian Sumatera dan Sulawesi Selatan. Salah satu contohnya adalah ketika KMB atau Konferensi Meja Bundar, dimana pemuda-pemuda asal Kalimatan Timur berperan banyak, aktif dan cukup vokal,” kata Emir Moeis.
Tidak hanya Emir Moeis, turut berpatisipasi sebagai pembicara di acara bedah buku ini, dosen Fakultas Sejarah Universitas Mulawarman Muhammad Azmi yang memberikan perspektif akademis mengenai peran Inche Abdoel Moeis dalam konteks sejarah perjuangan nasional.
Muhammad Azmi menjelaskan bagaimana strategi dan dedikasi Inche Abdoel Moeis berkontribusi pada gerakan kemerdekaan di Kalimantan Timur dan bagaimana perjuangan lokal ini sejalan dengan upaya nasional untuk meraih kemerdekaan Indonesia.
“Perjuangan fisik sering kali terlihat heroik, namun perjuangan melalui jalur diplomasi sering kali tidak terlihat sama sekali. Padahal kedua usaha perjuangan inilah yang sama-sama dapat mempertahankan kemerdekaan kita. Berbicara mengenai hal ini, menurut saya, Inche Abdoel Moeis adalah sosok pejuang nasionalis dari Kalimantan Timur yang tidak kalah penting dan sosok yang berani maju atas restu dari ibunya untuk mewakili rakyat dalam memperjuangkan kemerdekaan dan mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia, terutama di bidang diplomasi,” ungkap Azmi.
Lebih lanjut, Azmi menjelaskan salah satunya adalah perjuangan beliau saat bergabung dengan BFO (Bijeenkomst voor Federale Overleg), badan yang sebetulnya tidak dikehendaki Belanda, namun ialah ada satu-satunya wakil rakyat biasa di BFO, di tengah para kerabat Kesultanan Kutai yang saat itu sudah masuk BFO.
"Di mana sejarah mencatat, dengan upaya diplomatik tersebut berhasil memaksa Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia pada 1949, dan Indonesia pun mendapatkan pengakuan dunia internasional," katanya. (rhs/jpnn)