Indonesia Menghadapi Tantangan Ideologi, PDIP Jangan Puas Menang Pemilu 20 Persen
“Jadi, kader harus paham ideologi partai dan benar-benar menghidupinya. Kerap Wong Cilik hanya dijadikan tujuan rebutan kekuasaan. Ini tak boleh dilakukan PDIP," katanya.
"Ingat, Wong Cilik belum tentu miskin. Namun, bisa jadi mereka adalah yang tak bisa menyuarakan pendapat, yang terpinggirkan. Ini yang harus disuarakan,” urai Trias.
Sirojuddin Abbas juga menilai PDIP tak boleh menempatkan diri dalam konteks politik nasional saja, namun harus secara global. Sebab, banyak kepentingan bertarung dalam konteks global di Indonesia.
“Ini perlu dicermati agar PDIP dan Indonesia bisa melakukan positioning baik, agar tak mismatch dalam kancah internasional. Kondisi ini sangat critical," jelasnya.
Dia berharap diskusi mengenai model pilihan kebijakan ekonomi, peran negara dan parpol, betul-betul membaca arah global agar tak salah langkah. "Kalau salah, ekspektasi kita bisa berubah akibat perubahan global,” urai Sirajuddin Abbas.
Dia juga menyinggung soal pentingnya PDIP dan partai nasionalis lainnya tak sekadar berusaha mengakomodasi kelompok agama ke dalam partainya. Namun, juga memastikan agar terjadi transformasi terhadap kelompok-kelompok itu.
“PDIP tak cukup hanya mengakomodasi kelompok Islam ke dalamnya, tetap8 harus juga melakukan transformasi terhadap kelompok ini, bagaimana keislaman yang dihidupi oleh ideologi PDIP, juga terwujud," ungkapnya.
Dia menambahkan Kalau PDIP lebih dalam masuk ke dalam pembentukan model Islam yang transformatif maka itu sangat relevan. "Jika tidak, maka pengikisan nilai kenegaraan oleh kelompok tertentu akan sulit teratasi,” beber Abbas.