Indonesia Menghadapi Tantangan Ideologi, PDIP Jangan Puas Menang Pemilu 20 Persen
Burhanuddin Muhtadi berbicara mengenai bagaimana fenomena demokrasi global yang juga terjadi di Indonesia. Yakni fenomena munculnya personalisasi politik, serta polarisasi dengan menggunakan sentimen sektarian.
Menurut dia, saat ini kompetisi antarparpol di Indonesia hanya menyisakan isu pluralisme versus islamisme. Isu regionalisme versus sentralisme dan isu antarkelas, cenderung tak hidup.
"Di sinilah bahaya ketika yang tersisa hanya isu sektarianisme. Itulah basisnya kompetisi parpol saat ini. Orang tak bicara soal model pengembangan ekonomi. Tak ada perbedaan parpol dalam isu ekonomi, budaya, dan lain-lain. Hanya ada menyangkut isu agama misalnya,” kata Burhan.
“Kalau tak ada komitmen menjaga pluralisme dan semua parpol larut pada isu sektoral dan sektarian, kita bisa menghadapi kekacauan ke depan,” tambahnya.
Burhanudin juga memberikan gambaran soal pentingnya PDIP merangkul anak muda. Bukan hanya memasuki dunia media sosial yang mereka gandrungi, namun juga terlibat dalam isu-isu kehidupan yang disukai.
“Kami pernah survei, isu dan concern kelompok generasi Z dan milenial beda dengan populasi umum. Ketika ditanya isu apa yang dipikirkan, anak muda sebut pemberantasan korupsi dan lingkungan hidup. Bukan ekonomi yang merupakan jawaban populasi umum," katanya.
Nah, lanjut dia, PDIP harus peduli ini, dan juga pada instrumen apa yang buat anak muda peduli pada politik, yakni media sosial. "Bisnis sudah memperhatikan ini, tetapi dunia politik masih gagap,” beber Burhan.
Ari Nurcahyo menyatakan PDIP harus menjawab temuan survei bahwa pemilihnya mayoritas adalah orang-orang tua. Padahal, di Pemilu 2024 saja, 53 persen pemilih adalah orang muda. “Perlu perhatian PDIP soal generasi muda, generasi Z dan milenial,” kata Ari.