Ingin Terus Berkontribusi dalam Pembangunan, WNI di Inggris Bentuk Lembaga Think Tank
jpnn.com, LONDON - Sejumlah mahasiswa Indonesia di Inggris yang tengah menempuh program master dan doktoral meluncurkan lembaga think tank dan riset guna mendukung upaya pembangunan di tanah air. Lembaga think tank ini dinamai Equator Initiative For Policy Research.
Menurut salah satu pengagasnya, Muhammad Rosyid Jazuli, inisiatif para mahasiswa Indonesia yang tengah studi di luar negeri dan anak muda diaspora ini diharapkan dapat membantu berbagai agenda dan program pemerintah khususnya dalam kaitannya dengan sumbangan berbagai kajian dan pemikiran.
"Indonesia negara besar, tantangan zaman juga semakin kompleks. Negara di dunia, sebesar dan sekuat apapun, tidak bisa lagi bekerja secara sendiri. Butuh kontribusi dan kolaborasi semua potensi bangsa, tidak hanya dari bisnis, tapi juga civil society, seperti halnya komunitas strategis, akademisi, anak muda dan media. Aspek internasional juga sangat berpengaruh," ujar Rosyid, cendekiawan muda yang juga mahasiswa doktoral di UCL London ini saat membuka acara di Common Room, Nansen Village, London, Jumat (29/4).
Hadir menjadi narasumber adalah Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London Khairul Munadi, Asisten Atase Pertahanan Mayor Angkatan Udara Fajrun Shodiq, Ketua Perkumpulan Kader Bangsa Dimas Oky Nugroho, dan Sekretaris Perhimpunan Pelajar Indonesia Inggris Raya Abdul Kodir, yang juga Sekretaris NU Cabang Inggris.
Khairul Munadi, menyambut baik acara peluncuran yang disertai diskusi tentang peran dan inisiatif kepemimpinan anak muda.
"Anak-anak muda, para mahasiswa Indonesia di luar negeri, apalagi yang mendapat beasiswa dari negara, harus memberikan kontribusi, juga keteladanan bagi anak-anak muda yang lain", ungkap Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Aceh ini.
Khairul menekankan pentingnya anak-anak muda dan kalangan masyarakat sipil untuk saling bersinergi.
"Perbedaan pendapat dan kritisisme adalah suatu keniscayaan, justru menjadi nilai tambah untuk pengayaan perspektif kita dalam menilai satu hal. Namun penting juga untuk mampu mengelola perbedaan menjadi sesuatu yang positif dan produktif, jangan justru menjadi problem yang memecah kita", tegasnya.