Ingin Terus Berkontribusi dalam Pembangunan, WNI di Inggris Bentuk Lembaga Think Tank
"Namun harus menjadi catatan, generasi muda yang sudah atau akan menuju jalan kepemimpinan ini masih perlu diperkuat dan dikawal agar mereka punya kapasitas dan integritas yang tepat. Menurut saya, mereka tetap membutuhkan proses pendampingan atau mentoring, sebagaimana Cokro kepada Sukarno, sehingga terbentuk kolaborasi antar generasi antar sektoral, dan dapat menjadi formasi kepemimpinan kolektif yang baik bagi bangsa ini," ujar Dimas yang juga dikenal sebagai pengamat politik dan penggagas sekolah kepemimpinan anak muda, Kader Bangsa Fellowship Program ini.
Terkait peluncuran Equator Initiative yang dibentuk komunitas mahasiswa Indonesia di Inggris, Dimas mengungkapkan dukungannya dan menyatakan siap berkolaborasi.
"Pembagian tugas antara anak muda, dan antara negara dan masyarakat sipil khususnya kalangan anak-anak muda potensial akan sangat membantu dan berdampak pada proses transformasi sosial ekonomi yang kita butuhkan. Apalagi keterlibatan para pelajar unggulan kita di luar negeri, dengan model lembaga riset dan think tank seperti ini akan membangun kolaborasi yang cerdas bagi Indonesia dalam mengantisipasi secara lebih solid perkembangan global yang terjadi untuk mengawal kepentingan nasional kita," ujar Dimas.
Senada dengan pembicara lainnya, Abdul Kodir, Sekretaris PPI UK dan PCNU Inggris menegaskan peran penting anak-anak muda pelajar Indonesia di luar negeri.
Riset dan kajian yang dibutuhkan pemerintah dengan memanfaatkan berbagai latar belakang akademik dan peran strategis para pelajar di luar negeri menjadi potensi yang rasional, cerdas dan aplikabel, apalagi saat ini komunikasi semakin mudah dilakukan melalui platform digital.
"Melalui kontribusi para mahasiswa dan diaspora Indonesia, saya mendorong para pemuda untuk punya kepedulian dan inisiatif menjadi pemimpin yang dapat mengoneksikan berbagai potensi baik yang dapat bermanfaat bagi negara dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara luas. Pemerintah juga harus mampu menjemput bola dan antisipatif, agar match kombinasinya," ujar Kodir, intelektual muda yang juga pengajar Sosiologi di Universitas Negeri Malang. (dil/jpnn)