Ini Nasehat Politisi Golkar ke Kubu PDIP
Jokowi dinilai kerap tidak mampu melihat fakta dan kenyataan bahwa dalam politik diperlukan konsistensi, sementara Jokowi dan para pendukungnya kerap menunjukkan inkonsistensi dalam sikap dan pernyataan.
"Contohnya adalah pernyataan ingin membuat kabinet ramping, kabinet profesional, elit tidak boleh rangkap jabatan dan koalisi tanpa syarat. Itu semua sangat sulit diimplementasikan. Jangankan KMP, di dalam internal koalisi pendukung Jokowi bingung dengan kondisi ini. Mereka kerap mengeluh karena mereka membutuhkan satu kepastian politik. Jokowi tidak paham bahwa dalam politik masalah take and give adalah hal biasa yang penting bagaimana itu tidak disalahgunakan," jelasnya.
Jika PDIP tidak terus ingin mengalami kekalahan lagi kedepannya, Hajri menyarakan PDIP merubah cara dan komunikasi politiknya. Jokowi bisa memanfaatkan Jusuf Kalla (JK) untuk melakukan komunikasi politik karena JK relatif bisa lebih diterima oleh seluruh unsur partai yang ada.
"Semua ini fakta yang tidak bisa dinafikan, KMP solid dan kokoh. Kalau masih menggunakan pola komunikasi yang sama yang selalu mengklaim dan menuding pihak KMP salah, maka KMP akan semakin solid dan PDIP justru akan mengalami kekalahan demi kekalahan ke depannya," pungkas Hajri.(fas/jpnn)