Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Inilah Orasi Ilmiah Lengkap Bu Mega di Korsel!

Kamis, 16 November 2017 – 18:10 WIB
 Inilah Orasi Ilmiah Lengkap Bu Mega di Korsel! - JPNN.COM
Presiden Kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri menyampaikan orasi ilmiah pada acara penganugerahan gelar kehormatan doktor honoris causa. Foto JPNN.com

Dan yang terakhir, kelima adalah keadilan sosial. Di dalam keadilan sosial terangkai kemakmuran sosial, karena kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan.

Lima prinsip di atas merupakan saripati dari demokrasi Indonesia, yaitu demokrasi Pancasila.

Inilah yang saya yakini sebagai demokrasi sejati, perpaduan antara demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Suatu sistem demokrasi yang melindungi golongan-golongan yang lemah. Sementara, golongan-golongan yang kuat dibatasi kekuatannya, agar tidak terjadi eksploitasi terhadap golongan yang lemah oleh golongan yang kuat. Karena itu, demokrasi Indonesia sudah seharusnya tidak berdiri di atas faham-faham liberalisme. Di sisi lain, demokrasi Pancasila juga menentang otoriterianisme dan totaliteranisme, yang hanya akan melahirkan demokrasi sentralisme dan kekuasaan diktator.

Saudara-saudara,

Demokrasi bagi saya adalah alat, bukan tujuan. Saya meyakini bahwa inti dari demokrasi adalah permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, bukan oleh perdebatan dan siasat yang diakhiri dengan adu kekuatan dan penghitungan suara pro dan kontra. Inilah yang saya pahami sebagai "demokrasi Pancasila". Sebagai alat, demokrasi Pancasila mengenal kebebasan berpikir dan berbicara. Tetapi, kebebasan dalam batas-batas tertentu, yakni batas keselamatan negara, batas kepentingan, rakyat banyak, batas kepribadian bangsa, batas kesusilaan dan batas pertanggungjawaban kepada Tuhan.

Begitu juga dalam lapangan ekonomi. Tujuan dijalankannya demokrasi Pancasila adalah tercapainya Trisakti yaitu berdaulat dalam politik, berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Saya yakin, semua bangsa di bawah kolong langit ini pun memimpikan dapat sampai pada Trisakti.

Sudara-saudara,

Pada abad 20 keinginan untuk menjadi bangsa yang ber-Trisakti telah berhasil membuat para pendiri bangsa Asia Afrika memimpin perlawanan terhadap sistem ekonomi yang melahirkan keadaan yang sama bagi rakyat dimana pun: kemiskinan, kemelaratan, kesengsaraan, keterbelakangan, kebodohan, serta kehilangan harga diri.

Antitesa dari situasi tersebut lahirlah kesadaran nasional, perasaan harus merdeka, dan kehendak kolektif melawan penindasan. Antitesa dari praktek penjajahan adalah kesadaran nasional, keyakinan nasional dan tindakan, serta gerakan nasional untuk merdeka. Sungguh luar biasa, para pendiri bangsa Asia Afrika di abad 20 ternyata mampu melampaui hasrat kepentingan bangsanya masing-masing.

Antitesa dari situasi tersebut lahirlah kesadaran nasional, perasaan harus merdeka, dan kehendak kolektif melawan penindasan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close