Irfan Prabowo Kerap Bikin Onar, Kawannya Anies Baswedan
’’Di sekolah seperti itu, saya justru menemukan kenyamanan dalam belajar. Soalnya, jam belajarnya fleksibel dan atmosfernya menyenangkan. Teman-teman yang sudah tua-tua itu juga lebih nyambung kalau diajak ngobrol,’’ kenang dia.
Lulus mengantongi ijazah kejar paket B, Fanbul mencoba kembali masuk ke sekolah formal. Namun, karena punya track record yang buruk, dia hanya bisa masuk ke SMA yang bukan unggulan. Parahnya, di sekolah itu, kenakalan Fanbul makin menjadi-jadi.
Sehari-hari Fanbul menghabiskan waktu dengan bermain game online dan nongkrong bersama teman-temannya. Tak jarang ’’penyakit’’ tawurannya kumat.
Akibatnya, lagi-lagi dia dikeluarkan dari sekolah untuk kali ketiga. Tapi, Fanbul malah senang. Sebab, dia jadi leluasa bermain game online sepuasnya.
’’Dari main game itu, saya pernah dapat uang Rp 30 juta sebulan,’’ kata pria berkacamata tersebut.
Menurut Fanbul, kala itu dirinya malas bersekolah semata-mata bukan karena tidak senang sekolah, melainkan sistem dan kurikulumnya yang tidak cocok. Karena itu, dia pun tetap bersekolah meski di sekolah kejar paket.
’’Saya yakin, ada anak yang bisa sukses di sekolah formal, tapi ada juga yang bisa sukses di sekolah informal. Kebetulan, saat itu saya tidak cocok dengan sistem pendidikan di sekolah itu,’’ ungkapnya berapi-api.
Berbekal keyakinan tersebut, Fanbul lantas melanjutkan studi di Sekolah Masjid Terminal di daerah Depok.