Ironi di Balik Lancarnya Arus Mudik
Oleh Nizar Zahro*Dari pernyataan Ketua Apindo tersebut dapat ditarik benang merah bahwa telah terjadi penurunan daya beli masyarakat. Fakta tersebut telah menjawab analisis yang disampaikan oleh Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati bahwa kenaikan tarif dasar listrik (TDL) telah menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat dan juga telah mengerek angka inflasi Juni 2017 hingga mencapai 0,69 persen.
Jadi, kebijakan kenaikan TDL adalah penyebab menurunnya daya beli masyarakat yang kemudian berdampak terhadap menurunnya jumlah pemudik, yang kemudian menyebabkan arus mudik menjadi lancar sebagaimana klaim pemerintah.
Selain kenaikan TDL, sebetulnya ada faktor lagi yang menyebabkan jumlah pemudik mengalami penurunan, yakni waktu mudik yang hampir berbarengan dengan tahun ajaran baru. Bagi orang tua yang memiliki anak usia sekolah, tentu akan membutuhkan dana yang cukup untuk biaya anak sekolah.
Jika daya belinya menurun maka akan dihadapkan pada dua pilihan yakni membiayai anak sekolah atau mudik. Dan sudah bisa dipastikan mayoritas orang tua akan mendahulukan pendidikan anak dibanding melakukan mudik.
Oleh karena itu, lancarnya arus mudik jangan lantas menjadikan pemerintah berbesar hati. Memang harus diakui juga bahwa persiapan pemerintah, kerja aparat di lapangan, dan juga pembangunan infrastruktur punya andil dalam memperlancar arus mudik 2017.
Namun, ada fakta bahwa penurunan jumlah pemudik juga tidak bisa dianggap sebelah mata. Ironi di balik lancarnya arus mudik adalah daya beli masyarakat yang menurun karena dampak kenaikan TDL, sehingga bagi rakyat yang penghasilannya pas-pasan memilih untuk tidak mudik. Tugas pemerintah lah untuk segera memperbaiki daya beli masyarakat agar bisa segera pulih seperti sedia kala.(***)
*Penulis adalah anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Gerindra dan Ketua Umum Satuan Relawan Indonesia Raya (SATRIA).