Istri Meninggal, Tukang Becak Berhati Mulia itu Nyaris Putus Asa
jpnn.com - KAMAR berukuran 2x4 meter itu terasa pengap. Maklum, tidak ada satu pun jendela. Satu-satunya ventilasi hanyalah pintu kamar yang tampak reyot. Lantai kamar itu tanpa keramik, hanya disemen.
Di kamar itulah, Syukur alias Pak Dul, 65, merehatkan tubuhnya setelah seharian mengayuh becak dan menambal jalan berlubang.
Di kamar itu pula, tukang becak yang merelakan tenaga dan waktunya untuk menambal jalan-jalan berlubang itu, sering memasak. Ya, dapurnya memang menjadi satu dengan kamar tidur. Kompor minyak, gelas, piring, dan peralatan memasak tampak berserakan di kamar tersebut.
Kendati kamar itu dilengkapi kasur, Pak Dul sering memilih tidur di lantai beralas tikar. ’’Badan sering pegal-pegal kalau tidur di kasur,’’ ucap Pak Dul.
Kamar Pak Dul terletak di loteng. Sekilas lebih mirip gudang. Tumpukan kardus dan botol bekas berada di mulut pintu kamarnya. Pak Dul tinggal satu rumah dengan anak keduanya, Wahyuni, di Jalan Tambak Segaran Gang 1 Nomor 27. Rumah tersebut berukuran 9x4 meter, tapi dibangun dua lantai.
Total penghuni rumah delapan orang. Yakni, Pak Dul, Wahyuni dan suaminya, tiga anak Wahyuni, serta Hariono (anak bungsu Pak Dul yang masih membujang). Seorang lagi adalah tetangga yang sudah dianggap seperti keluarga, yakni Nenek Jannah.
Pak Dul memilih tinggal di sebuah kamar di lantai 2, sedangkan keluarga Wahyuni tinggal di lantai 1. ”Tidak enak jika menumpang rumah anak (lantai 1, Red). Di sana juga sudah sempit dan mereka kurang,” ujarnya.
Sesaat kemudian, dia menunjukkan pigura dengan foto seorang perempuan bersama Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan anak kecil. ”Ini foto istri tercinta saya. Namanya Waginah,’’ jelas Pak Dul sambil menunjuk sosok perempuan di samping Khofifah. Istrinya meninggal karena sakit pada tahun lalu.