Jamu Dokter Suradi Tak Dilirik Jokowi, Tom Pasaribu: Semoga Bapak Presiden Introspeksi Diri
jpnn.com, JAKARTA - Pandemi virus corona sudah hampir tiga bulan menghantui masyarakat sejak pertama kali terdeteksi di Indonesia, 2 Maret 2020 lalu.
Meskipun pemerintah telah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah, namun, hingga kini belum ada tanda-tanda wabah itu akan berakhir. Bahkan, per hari ini, Rabu (20/5), tercatat ada tambahan 693 kasus baru positif dari 19.189 kasus kumulatif. Itu merupakan tambahan kasus terbesar sejauh ini.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KP3-i), Tom Pasaribu saat dihubungi wartawan melalui telepon selulernya.
“Situasi ini telah membuat perekonomian carut marut, demikian juga dengan pola kehidupan yang semakin tidak ada kepastian, masyarakat dipaksa harus mengurung diri di rumah biar tidak terpapar virus corona. Sementara pernyataan-pernyataan pemerintah belakangan ini semakin membuat rakyat bingung,” kata Tom merespon lambannya pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 di Tanah Air.
Hal ini, menurut dia, diperparah ulah para kartel obat dan alat-alat medis seakan sengaja memanfaatkan situasi untuk meraih keuntungan yang besar.
“Saya melihat sepertinya situasi dan kondisi ini sengaja dipelihara atau dipertahankan agar kebutuhan APD, sanitizer, vitamin c, vitamin e dan obat-obat lainnya melambung harganya dan susah didapat, atau ada hal lain yang ditutupi seperti kas negara yanh mulai menipis,” urai Tom.
Padahal, kata Tom, di sisi lain, ada Jamu Pancasila sebuah ramuan herbal milik Dr Suradi, yang sudah terbukti ampuh membantu menyembuhkan pasien Covid-19.
Menurut Tom, dalam situasi teror wabah corona yang sangat mencekam ini, herbal tersebut menjadi satu-satunya harapan setiap orang untuk dapat sembuh jika terinveksi coronavirus.