Jangan Dicolek ya, Jarinya Cukup Ditempel Saja
Supiah menyatakan ingin melihat komputer yang digunakan untuk menentukan suara.
’’Kepada kepala desa yang terpilih, saya ingin daerah Babakan aman-aman saja. Kemudian, jalan rayanya dibagusin,’’ ujar Supiah sambil kipas-kipas untuk mengusir gerah. Untung, dia berada di tengah antrean khusus perempuan.
Cerita lain disampaikan Imam Mulyadi. Meskipun usianya sudah menginjak 70 tahun, warga kelahiran Jogjakarta itu tetap nekat ikut antrean yang begitu panjang.
Dia juga penasaran akan wujud pemilihan berbasis e-voting seperti yang digambarkan di baliho-baliho itu.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani tersebut menilai e-voting lebih praktis. Tidak perlu membuka dan melipat surat suara.
Pria yang sejak 2000 tinggal di Ciseeng itu sengaja mengantre sejak pagi supaya tidak panas.
’’Tetapi, ya risikonya antre panjang seperti ini. Kalau di atas jam 12 nanti, paling agak longgar,’’ katanya.
Panjang dan sesaknya antrean membuat Ketua Panitia Pilkades Asep Sutisna harus berkali-kali mengingatkan pemilih supaya tertib.