Jangan Lengah, Masyarakat Harus Perhatikan Kualitas dan Kebersihan Air Minum yang Layak Konsumsi
"Selain itu, adanya pencemaran sumber air baku karena lokasinya yang dekat dengan pencemar, ekstraksi dalam tanah yang berlebihan dan tingginya produksi ilegal air minum di tengah masyarakat sehingga, tidak mengherankan jika sulit sekali menemukan air minum yang berkualitas dan tidak terkontaminasi bakteri," tutur Firdaus Ali.
Untuk mengetahui air minum yang berkualitas, menurutnya, penting sekali memerhatikan jarak antara sumber air dan pencemar, seperti jamban atau septic tank, kandang ternak, saluran pembuangan air, dan tempat pembuangan sampah.
Jika terlalu dekat – yakni kurang dari 10 meter, sumber air bisa tercemar oleh limbah rumah tangga, limbah industri dan logam berat.
Air dari sumber tersebut juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya, seperti Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter, Salmonella, dan E. coli.
Infeksi bakteri E. coli pada saluran pencernaan dbisa menimbulkan beragam gejala. Salah satunya yang paling umum adalah diare.
Di Indonesia, kasus penyakit diare terbilang sangat tinggi, yakni lebih dari 7 juta total kasus pada tahun 2019.
Pada bayi dan balita, penyakit diare bahkan merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi dengan jumlah kasus lebih dari 1.000 kematian.
Menurut Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Gastroenterologi-hepatologi dr. Kaka Renaldi, Sp.PD, KGEH, infeksi bakteri E. coli pada saluran pencernaan juga bisa menyebabkan kondisi yang disebut sindrom hemolitik uremik.
"Kondisi yang rentan terjadi pada anak-anak dan lansia ini menyerang sel darah merah dan sel keping darah (platelet) serta dapat menyebabkan gagal ginjal," ujar dr. Kaka.