Jejak - jejak Prajurit TNI di Tapal Batas, Demi Merah Putih
Kilatan cahaya senter memandu langkah penuh waspada di atas jalur licin. Ditemani kisah-kisah nostalgia masa lampau, guyon, dan ledekan, kami beringsut dari punggung bukit ke pematang sawah. Melewati lagi pagar-pagar kawat berduri, bambu, dan kayu. Merunduk di bawah dahan-dahan basah menjuntai. Meniti langkah di atas titian. Samar-samar mobil mulai terlihat saat mendekati jembatan.
Tetapi, tantangan belum berakhir. Hujan menyisakan jalan tanah berlumpur. Licin dan lengket. Komandan Kompi Pamtas Yonif R 613/Rja Kapten Taufan HS dengan keyakinan penuh duduk di belakang kemudi.
Kapten Chb Aman Karyoko, Serda Yulio Maharendi, dan fotografer Kaltim Post Saipul Anwar berdesakan di kursi belakang. Saya, dengan pertimbangan ketambunan ha-ha-ha-ha, dipersilakan duduk di kursi depan di samping sopir.
“Kita yang belok kanan kan?” tanya saya sembari menunjuk jalur landai. “Bukan,” sahut sopir. “Kita naik,” sambung dia. Kami menarik napas panjang. Menatap nanar jalan menanjak cukup terjal yang tersorot cahaya lampu mobil.
Mesin meraung, sopir berkali-kali mengutak-atik persneling, tuas gas diinjak, mobil double cabin itu beringsut. Raungannya semakin keras meski gerakannya sangat pelan. Roda tergelincir ke kiri dan ke kanan. Sopir pontang-panting memutar kemudi. Berbelok-belok tak karuan.
Kami menaklukkan perlawanan tanjakan itu. Diakhiri dengan tepuk tangan. Sekadar penyemangat. Jalur serupa masih membentang sepanjang mata memandang. Hingga Pos Lembudud, tujuan kami berikutnya. Kami tiba di sana pukul 21.35 Wita.
BACA JUGA: Hubungan Sesama Pimpinan Honorer K2 Makin Runyam, Curiga soal Dana
Serupa Pos Tanjung Karya, kerawanan di wilayah jaga Pos Lembudud juga illegal logging. Sebab, selain bertani, warga mencari kayu dan berburu. Untuk dijual. Kayu merit, sejenis bengkirai, yang paling dicari. Karena daya tahannya. Dijual ke warga yang membutuhkan. Biasanya untuk membangun hunian.