Jejak - jejak Prajurit TNI di Tapal Batas, Demi Merah Putih
Pos-pos perbatasan yang kami kunjungi pada 8–11 Juli lalu tak semengerikan yang dibayangkan. Meski ada satu yang luput; Pos Bahsiuk. Kami tak sempat bertandang. Untuk ke sana, dari Lembudud menuju Desa Long Layuk. Bisa dengan kendaraan. Sekitar dua jam perjalanan. Dari Long Layuk, dilanjutkan berjalan kaki. Delapan jam. Naik-turun bukit.
“Delapan jam itu untuk yang sudah terbiasa,” ujar Danki Taufan sembari tertawa. Dari cerita prajurit, personel yang bertugas di Pos Bahsiuk, saat pertama tiba, membawa beban berat, memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai kamp; 10–12 jam. Tapi setelah itu mulai terbiasa.
Selain Bahsiuk, masih ada pos-pos sulit lainnya. Digelari pos udara. Sebab hanya bisa dijangkau dengan helikopter. Di antaranya, Pos Long Bulan, Latang, dan Long Bena. Tiga tim dari pos ini, sudah ditarik ke Tarakan, Kaltara. Kami menemui mereka di mes Kodim 0907 Tarakan pada 6 Juli.
Sebelas bulan mereka “terasing” di pos-pos tersebut. Normalnya sembilan bulan. Lantaran ada hajat besar demokrasi; Pemilu 2019, para prajurit itu mendapat bonus sekitar dua bulan lebih lama di sana. Masing-masing tim berisi 15 personel.
Pemulangan dilakukan melalui jalur udara menuju Malinau. Dilanjutkan dengan perjalanan sungai menggunakan perahu bermesin tempel alias ketinting menuju Tarakan. “Misi utama kami menjaga patok-patok perbatasan dengan Malaysia,” ujar Komandan Pos Long Bulan Letda Inf AB Sitorus. “Selain itu, menjaga hutan kita agar tidak dijarah illegal logging,” sambung pria yang pernah dua kali bertugas di Aceh itu.
Di bawah pengawasan Sitorus dan tim, ada 303 patok yang harus dijaga. Patok terdekat berjarak 500 meter dari pos yang dikelilingi hutan berbukit itu. Sekitar 500 meter lagi di belakang patok itu, ada jalan logging di wilayah Malaysia. Yang dulu, konon, digunakan untuk mengangkut hasil hutan, termasuk kayu Indonesia.
Patroli dilakukan dengan membagi tim menjadi dua. “Perlu dua minggu untuk masing-masing tim menyelesaikan patroli patok,” ujar dia. Patroli berikutnya menyesuaikan kedatangan logistik.
Medan berbukit dan cuaca ekstrem memengaruhi kedatangan helikopter pengantar logistik. Kerap heli tak bisa merapat karena pos tak tampak, terhalang kabut atau rerimbunan hutan. “Kendala yang utama itu logistik,” kata dia. Selain tentu saja sinyal telekomunikasi.