Jeritan Pengrajin Tempe Berulang, Harga Kedelai Meroket Pascalebaran
Dia mengemukakan untuk menyiaasati kenaikan harga dengan menyesuaikan penjualan dengan biaya produksi.
Harun memerinci harga untuk satu cetakan talang tempe dan tahu sebelum pandemi Rp 35 ribu per talang dengan jumlah produksi sebanyak seratusan buah, disesuaikan harga kedelai.
Tetapi seiring dengan naiknya harga kedalai tentu mengikuti harga pasar.
"Mau tidak mau harga ikut naik. Sekarang sudah Rp 43 ribu per cetakan talang, sebelumnya Rp 40 ribu per talang di kondisi pandemi. Kami hanya melayani pembeli yang mau dibikinkan, kalau tidak mau, tidak dibikinkan, sesuai permintaan saja," ucap dia.
Dia juga mengeluhkan minimnya stok bahan baku kedelai, karena otomatif mempengaruhi produks. Belum lagi stok kedelai lokal sangat jarang ditemukan, kalaupun ada kualitasnya tidak sebagus kedelai impor.
Selain itu, tidak semua daerah memiliki distributor langsung.
Imbas dari kenaikan itu, tambah dia, juga mulai terasa, beberapa pengrajin tahu dan tempe mulai menutup pabriknya karena sudah tidak berimbang biaya produksi dan ketersediaan bahan baku dengan keuntungan.
"Setengah mati usaha kalau begini terus. Kalau pun terpaksa tutup kita mau makan apa juga, makanya harga dinaikkan. Harga kedelai saat ini juga sangat menyusahkan kita," ucapnya.
Para pengrajin tempe dan tahu dikawasan itu berharap, pemerintah segera turun tangan mengatasi persoalan yang terus berlarut-larut tersebut tanpa ada solusi. Apalagi terdengar kabar tempe akan didaftarkan sebagai warisan kuliner budaya di UNESCO oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. (antara/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?