Jika Ini Terus Terjadi, Terbentuk Pasukan Subuh Tangguh
“Anda bisa menyelenggarakan negara. Anda bisa memimpin pakai duit rakyat. Caranya harus dekat kepada rakyat. Pemimpin yang tidak dekat rakyat tidak ada apa-apanya,” ungkap Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Pusat ini.
Dia menegaskan, uang rakyat mungkin tidak besar tapi berkah. Sementara banyak pemodal berani menggelontorkan dana besar untuk pilkada tetapi kualitasnya diragukan.
Belum lagi imbasnya berupa politik balas budi sehingga rawan terjadi penyelewengan yang merugikan rakyat.
Menurut dia, saat ini umat Islam telah diberikan izzahnya, dipersaudarakan, dan dipersatukan. Karenanya, para pemimpin muslim harus dekat dengan umat untuk mendapatkan dukungan lebih luas dan ini jauh lebih kuat.
“Sekarang terjadi cross culture, lupa sekat, dan keinginan bersatu begitu kuat,” tegas UBN, pimpinan AQL Islamic Center ini.
Namun, kata dia, ini juga menjadi tantangan baru karena ada upaya dari pihak tertentu yang ingin merontokkan ulama dan pimpinan umat satu per satu.
Kenapa? “Karena mereka tidak rela dengan kembalinya izzah umat Islam dan tidak rela umat Islam bersatu,” tegasnya.
Padahal, sambungnya, “Polisi bukan musuh Islam, politisi juga bukan musuh. Pejabat negara bukan musuh. Terus siapa musuh Islam? (Jawabannya) adalah iblis.”