Jurnalis Pun Harus Siaga Bencana
jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Sosial menggelar pelatihan penanggulangan bencana bagi para Jurnalis di Jakarta pada 22-24 Maret 2017.
Pelatihan yang diikuti puluhan jurnalis cetak, elektronik, maupun online tersebut dipusatkan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Para Jurnalis yang dilatih nantinya akan dikukuhkan sebagai Jurnalis Sahabat Taruna Siaga Bencana (JUGANA).
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan pelatihan itu tidak lain untuk meningkatkan ilmu pengetahuan para wartawan dalam pemasalahan bencana. Dalam pelatihan itu para wartawan dibekali ilmu tentang konsep dan karakteristik bencana, penanganan tanggap darurat bencana dan proses rehabilitasi sosial korban bencana.
"Nanti ada simulasi sekaligus praktik. Jadi tidak cuma teori saja. Peserta akan diajari bagaimana cara mendirikan tenda, dapur umum dan air bersih, juga water rescue ," kata Khofifah Rabu (22/3).
Khofifah mengungkapkan, Kementerian Sosial aktif membangun sinergitas dengan berbagai komunitas guna membantu masyarakat yang mengalami musibah. Sebelumnya, Kemensos juga memberikan pelatihan kepada Banser Ansor Sahabat Tagana, Sahabat Tagana Difabel, Pramuka Sahabat Tagana (PRAGANA), RAPI Sahabat Tagana (RAGANA) dan Mahasiswa Pencinta Alam Siaga Bencana (MAPAGA)
Menurut Khofifah, peran jurnalis dalam penanganan bencana sangat besar. Jurnalis tidak sekedar menyampaikan informasi bencana, namun juga ikut menstimulasi dan memobilisir bantuan serta berbagai kebutuhan korban bencana. Singkatnya, jurnalis dan media memiliki "kekuatan dahsyat" dalam penanganan bencana.
Sementara keberadaan Sahabat Tagana sendiri, lanjut Khofifah, sangat penting mengingat Indonesia merupakan daerah rawan bencana, sehingga diperlukan peran serta masyarakat dalam penanganan korban bencana alam.
Khofifah menerangkan, Data Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) mencatat ada 323 kabupaten/kota yang berpotensi tinggi atau rawan bencana alam.