KABAR GEMBIRA! Pertama dalam Sejarah, Indonesia Ekspor Kapal Perang
Nama itu digunakan selama empat bulan pertama. Selanjutnya diganti lagi menjadi Kaigunse 21-24 Butai.
Jumlah pekerja pun ditambah hingga 9000 orang. “Zaman Jepang, 1942-1945, Direktur 21-24 Butai bernama Meringa,” ungkap Affandi.
Ing Wibisono, kawan sejawat Affandi, menyatakan bahwa ME merupakan bengkel kapal terbesar di Asia pada masa itu.
“Itu bukan sekadar bengkel atau pun galangan kapal saja. Meliputi keseluruhan. Saat zaman Jepang, kapal selam juga mangkal di situ,” kenangnya.
"Suatu sore, petugas Angkatan Laut Jepang meminta Affandi mendirikan Hokokai SE 21/24 Butai di Ujung. Mereka mendapat pelatihan militer semacam Peta (Pembela Tanah Air) dengan nama Hokodan," tulis buku Jejak Intel Jepang.
Menurut cerita Affandi, satu kelompok jumlahnya 300 orang, dilatih selama dua minggu. Selama mengikuti pelatihan, peserta menginap di Asrama Sidotopo.
"Mereka ini mendapat gaji dan makan tiga kali sehari. Setelah dua minggu mereka dipulangkan dan datang lagi kelompok berikutnya dengan jumlah yang sama," kenang Affandi.
“Terus begitu hingga 10 periode. Berkat pelatihan militer itu saya punya 3000 orang terlatih,” ujar Affandi dan diamini sejawatnya Ing Wibisono.