Kadek 'Jango' Pramartha, 10 Tahun Mempromosikan Budaya Bali lewat Majalah Kartun
Promosi dengan Cara Tinggalkan Majalah di Kursi PesawatKamis, 24 Maret 2011 – 08:21 WIB
Dalam bahasa Bali, bogbog berarti bohong. Menurut Jango, ada banyak filosofi dari kata bogbog. Salah satunya, dalam pandangan dia, selama ini banyak berita dan informasi bohong. Selain itu, nama bogbog sesuai dengan isi majalah. Yakni, hampir 99 persen berisi kartun dengan kisah fiktif.
Sejak awal penerbitan, segmen pasar yang dibidik majalah bulanan itu adalah turis asing. Tak heran, bahasa dalam Bogbog dibuat bilingual, yakni Inggris dan Indonesia. Awalnya, Bogbog dijalankan tiga kartunis. Selain Jango, ada Putu Adi Supardi dan Ceceriberu. Mulanya mereka bekerja tanpa memperoleh gaji. Baru setahun setelah berjalan mereka bisa menikmati hasilnya.
Kantor redaksinya pun awalnya menumpang di rumah Jango. Sekarang majalah tersebut sudah punya kantor mandiri di sebuah ruko dua lantai di Jalan Veteran, Denpasar. Jango mengakui, sebagian pendanaan majalah itu awalnya banyak disuplai sumbangan teman-temannya. Baik sesama kartunis maupun teman Jango di luar komunitas kartun. "Kan waktu itu belum dapat banyak iklan," ucapnya.