Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kakak Sofwati

Oleh: Dahlan Iskan

Minggu, 20 Maret 2022 – 08:08 WIB
Kakak Sofwati - JPNN.COM
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Mbak Sofwati jarang pulang. Dia kuliah di IKIP Malang. Entah jurusan apa. Saya hanya bertiga di rumah: bapak, saya, dan Udin –adik bungsu saya.

Ibu sudah lama meninggal. Kakak sulung, mbak Khosiyatun, sudah lama pula merantau ke Samarinda.

Saya belum paham apa itu pembaharuan pemikiran Islam. Yang saya tahu kakak saya itu pintar sekali. Kalau debat tidak mau kalah. Ia seperti Srikandi. Tangkas sekali. Pemberani.

Rok-nya paling pendek di antara orang di desa –kalau lagi pulang. Ketika masih SMA (Muallimat) seragam sekolahnya kebaya, jarit, dan kerudung –yang kerudungnyi lebih sering jatuh ke pundak.

Yang saya benci padanyi: dia tidak mau ber-boso kromo inggil pada ayah. Kromo biasa pun tidak mau.

Kalau bicara dengan ayah dia selalu pakai bahasa ngoko –seperti bicara pada teman. Itu tercela di desa kami. Kakak tidak peduli.

Saya juga tidak suka ini: waktu saya pulang dari mondok sebulan di Kaliwungu, dekat Semarang, ia memeriksa kitab kuning yang saya bawa pulang.

"Isi semua kitab ini bisa kamu pahami hanya dalam satu minggu, kalau bukunya berbahasa Indonesia," katanyi.

Dari Mas Husein pula, minggu lalu itu, saya bisa mendapat dua foto lama kakak saya. Begitu lama saya memandangi foto itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News