Kami Arsitek Jengki, Komunitas Peduli Desain Rumah Jengki
Aplikasi Android untuk Perluas JaringanDiskusi malam itu ’’dihiasi’’ proyektor LCD yang memampangkan gambar masa lalu dan kini. Aneka bangunan dari Surabaya, Jakarta, Maluku, Flores, dan Lampung disajikan satu per satu. ’’Dengan begini, kita akan tahu cirri khas lokasi yang berbeda selain Surabaya,’’ papar Rifandi. Aktivitas itulah yang menjadi ’’bidan’’ kelahiran Kami Arsitek Jengki.
Soal jengki tersebut, para anggota komunitas tersebut mengaku tidak paham pada awalnya. Namun, semakin digali, rupanya gaya itu menarik. Dan itu merupakan salah satu kekayaan heritage Indonesia. ’’Jengki itu hanya ada di Indonesia. Kita perlu bangga dan melestarikannya,’’ ungkapnya.
Kegiatan lain KAJ adalah mencari gaya jengki yang tersisa di Surabaya dan sekitarnya. Memang, gaya itu masih banyak tersebar. Salah satunya adalah wujud gerbang Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, Jalan Kusuma Bangsa.
Menurut Rifandi, gaya jengki pada bangunan itu terlihat lebih rapi. Permainan lempengnya berupa beton yang dilipat berulang. Tiap lipatan membentuk kurva yang diulang hingga berhenti di bagian tengah kurva, sebuah penyelesaian yang terlihat tanggung. Kolom penyangganya juga dibuat tidak simetris. Karakteristik seperti itu adalah ciri khas bangunan jengki. Misalnya, Wisma Djendral Ahmad Yani di Gresik.
Gresik, kota santri itu, menyimpan kenangan tak terlupakan bagi anggota KAJ pada 2013. Ketika itu, salah seorang anggota KAJ menemukan rumah jengki. Seperti biasa, misi dimulai. Ketika mendapati gaya jengki pada sebuah rumah, yang dilakukan adalah memberi tahu pemiliknya. Mereka harus memberikan pengetahuan tentang gaya jengki dan cara harus merawatnya sebagai kekayaan bangsa.
Sayangnya, selang enam bulan kemudian, rumah itu telah hilang. Si jengki menjadi bangunan baru berupa supermarket yang kini menjamur. ’’Kami kecewa saat itu,’’ paparnya.
Setelah kejadian tersebut, KAJ semakin getol membuat perubahan. Bukan sekadar diskusi, mereka berani tampil ke publik. Tentunya sambil memamerkan hasil telusuran yang dipotret dan ditempel pada katalog.
Menurut Rifandi, menelusuri gaya jengki itu susah-susah mudah. Setelah observasi, mereka kudu meneliti dan mewawancarai pemilik. Dan kebanyakan, para pemilik tak tahu soal style jengki tersebut.