Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kami Arsitek Jengki, Komunitas Peduli Desain Rumah Jengki

Aplikasi Android untuk Perluas Jaringan

Kamis, 20 November 2014 – 07:17 WIB
Kami Arsitek Jengki, Komunitas Peduli Desain Rumah Jengki - JPNN.COM
CINTA KLASIK: Anggota komunitas Kami Arsitek Jengki menemui pemilik rumah bergaya jengki di Jl Dr Soetomo. Foto: Dokumentasi Kami Arsitek Jengki

Langkah berikutnya adalah melihat surat tanah. Petunjuk awal, biasanya rumah itu pernah dimiliki orang Belanda. ’’Ketika kami beri tahu bahwa rumah mereka begitu berharga, mereka baru paham,’’ tuturnya.

Karena itu, KAJ belum pernah ditolak pemilik rumah. Mereka selalu diterima dengan hangat. Misalnya, ketika KAJ bertandang ke rumah di Jl dr Soetomo beberapa bulan lalu. Salah satu suguhan yang paling berharga adalah kisah sejarah rumah milik Ny Jenderal Soebandi itu.

Rifandi bercerita, rumah tersebut awalnya adalah peninggalan kolonial. Lalu, pada 1960, para perajin bangunan dari Madiun yang dikepalai Sudrajat merenovasi bagian ruang tamu hingga teras rumah itu dengan gaya jengki. Renovasi tersebut dilakukan atas keinginan almarhum Kolonel Soebandi.

Keahlian, kecermatan, ketekunan, dan kecemerlangan para perajin bangunan dapat ditemui di setiap sisi bangunan. Itu tampak dari bagian jendela depan yang dihiasi sirip miring-miring. Lalu, ada sosoran, tempat mengalirkan cucuran air hujan, yang asimetris. Seperti khas rumah jengki pada umumnya, gewel (gable) atau dinding yang menahan atap diberi roster udara dengan komposisi tertentu sesuai dengan kreasi perajinnya.

Sebagai penghargaan, komunitas itu membuat sertifikat bahwa rumah tersebut mempunyai gaya jengki. ’’Itu adalah salah satu bentuk penghargaan kami kepada orang-orang yang peduli pada gaya arsitektur di Indonesia,’’ papar Rifandi.

Sejauh ini, jangkauan KAJ memang hanya sampai Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Namun, tidak tertutup kemungkinan gaya jengki menyebar ke luar Pulau Jawa. Rifandi menyatakan, beberapa teman yang pulang kampung ketika Idul Fitri kembali ke Surabaya dengan membawa kisah penyebaran gaya jengki. ’’Gaya ada di Malang, Manado, Jogja, dan Semarang,’’ ungkapnya.

Untuk memudahkan orang lain yang ingin tahu soal gaya jengki, mereka membikin aplikasi Android yang dapat memunculkan tempat-tempat yang punya gaya jengki. ’’Aplikasi itu terintegrasi pada Google Maps. Namun, saat ini sedang direvisi,’’ ujarnya.

Dari mana pun asalnya, jengki di Indonesia dan beragam cerita di baliknya tidak pernah membosankan untuk ditelusuri sehingga pada akhirnya bangunan itu tidak hanya menempatkan diri pada catatan sejarah, tapi juga menjadi catatan bangunan yang dapat dilestarikan. Pencarian itu belum berakhir dan tidak pernah tahu kapan harus diakhiri.(*/c14/dos)

Surabaya mempunyai banyak kenangan. Bukan hanya segi sejarah, tetapi juga bangunan. Di antara banyaknya jenis bangunan, ada salah satu jenis desain

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close