Kebijakan Jokowi Tingkatkan Nilai Ekspor Nikel, Inas Sindir 2 Ekonom Senior: Siapa yang Bodoh?
Keengganan raksasa pertambangan itu berkontribusi dalam pembangunan Indonesia jadi salah satu alasan Presiden Jokowi mengundang perusahaan China membangun smelter di Indonesia.
Berkat langkah itu, lahirlah PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan PT Virtue Dragon Nickel Indonesia (VDNI) pada 2018.
Namun, sejumlah tokoh dengan embel-embel ekonom senior justru menuduh pemerintah tengah berpihak kepada asing.
"Seperti Rizal Ramli dan Faisal Basri yang berteriak lantang bahwa pemerintah Indonesia bodoh, padahal mereka membela kepentingan Vale yang tidak lagi bisa seenaknya mengekspor nikel mentah atau nikel ore karena harus mengutamakan kebutuhan nikel ore untuk industri smelter di dalam negeri," beber Inas.
Inas pun menentang narasi pengetatan keran ekspor nikel merugikan Indonesia yang terus didengungkan Faisal Basri.
Berdasarkan data, ujar dia, nilai ekspor nikel ore atau bijih nikel pada 2018 dan sebelumnya tak sampai USD 3 miliar atau Rp 46,5 triliun.
Setelah ekspor nikel ore dibatasi dan harus melalui hilirisasi, nilai ekspor nikel justru melonjak tinggi. Pada 2021, nilainya mencapai USD 20,9 miliar atau sekitar Rp 323 triliun.
"Jadi, siapa yang bodoh? Baik pemerintah maupun Faisal Basri tidaklah bodoh, tapi para tokoh oposisi nampaknya sedang memperbodoh rakyat Indonesia," pungkas anak buah Oesman Sapta Odang di Hanura itu. (dil/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru: