Kejam! Warga Bangladesh Eksploitasi Bocah-Bocah Rohingya
Anak perempuan bekerja menjadi pembantu dan penjaga bayi di Cox’s Bazar maupun Chittagong. Bahkan, nasib anak perempuan lebih mengenaskan. Mereka kerap menjadi korban pemerkosaan.
Salah satu orang tua pernah mengirim putrinya yang berusia 14 tahun untuk bekerja sebagai pembantu di Chittagong. Namun, hanya berselang beberapa pekan, si anak melarikan diri dan kembali ke kamp.
Dia sulit berjalan karena begitu seringnya diperkosa dan dipukuli majikannya. Si majikan memperkosanya enam atau tujuh kali.
”Mereka tidak memberi kami uang. Tidak sepeser pun,” ujar sang ibu yang tidak mau namanya disebutkan saat diwawancarai Reuters.
Pernyataan tersebut hampir serupa dengan beberapa wawancara yang dilakukan IOM dalam laporan penyelidikan mereka.
Jika tak disuruh bekerja, anak-anak perempuan Rohingya diminta menikah dini dengan penduduk setempat. Bahkan, sebagian masih berusia 11 tahun.
Harapannya lagi-lagi untuk memperbaiki nasib, perlindungan, dan masalah finansial. Namun, sebagian besar anak-anak itu tentu hanya menjadi istri kedua yang bisa diceraikan kapan saja tanpa perlu diberi harta gono-gini.
Inspektur Polisi Cox’s Bazar Afjurul Hoque Tutul mengungkapkan bahwa mereka sudah membuat sebelas pos pemeriksaan untuk mencegah pengungsi anak-anak keluar dari kamp dan bekerja.