Kekurangan Guru, Rekrut Sarjana Pendidikan Baru Lulus
Dia mengusulkan ada kurikulum khusus untuk siswa yang tinggal di pengungsian. Hal itu berbeda dengan wacana memasukan materi tanggap bencana dalam kurikulum atau pelajaran sekolah.
Kurikulum khusus itu diperlukan karena situasi belajar mengajar siswa tidak bisa disamakan dengan sekolah normal. Karena itu, perlu ada perlakuan khusus sesuai dengan kurikulum baru itu.
”Sistem penilaian dan ujian sekolah serta ujian nasional peserta didik di sekolah-sekolah darurat, baik di Lombok, Palu, Donggala, dan tempat lainnya juga harus disesuaikan dengan kurikulum sekolah darurat,” ujar dia.
Retno menyebutkan, dari hasil pemantauan langsung ke beberapa sekolah di Lombok pada akhir Oktober lalu, para siswa merasa tidak nyaman dengan sekolah darurat. Sejak pukul 09.00, sekolah darurat yang beratap terpal terasa panas.
Siswa pun duduk lesehan karena tidak ada kursi. Duduk berlama-lama dengan lesehan membuat siswa lelah. ”Bahkan, jika hujan deras, kelas-kelas akan bubar karena tenda tertiup angin dan banjir,” tambah Retno.
Dia menuturkan hasil peninjauan dan rekomendasi telah disusun dan akan disampaikan kepada Kemendikbud dan Kemenag. Dia berharap rekomendasi itu bisa ditindaklanjuti dengan segera untuk memberikan keadilan bagi para siswa. ”Nanti KPAI akan ke Mendikbud untuk advokasi kebijakan,” jelas dia.
Kepala BNPB Willem Rampangilei menyampaikan, kondisi Palu dan sekitarnya mulai membaik. Willem mengakui bahwa pada tiga hari pertama setelah bencana, masyarakat sulit mengakses listrik, BBM, dan komunikasi.
Dia memaparkan, ada laporan bahwa jumlah pengungsi mencapai 74 ribu jiwa. BNPB akan melakukan validasi atas laporan tersebut. Kemudian jumlah korban meninggal 1.763 orang, 265 orang hilangm dan 152 orang tertimbun tanah.