Kementan Beber Tantangan dan Potensi Petani Milenial
"Oleh karena itu, kami genjot lahirnya petani milenial melalui sejumlah program, seperti pendidikan vokasi, pelatihan vokasi, PWMP, program YESS, Kostratani, juga Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA)," tuturnya.
Dedi Nursyamsi juga menyampaikan tantangan yang akan dihadapi para petani milenial.
"Tantangannya antara lain jumlah rumah tangga petani dalam 10 tahun terakhir berkurang sebanyak 5 juta, 61 persen petani kita saat ini berusia di atas 45 tahun atau sudah mulai memasuki usia yang tidak produktif, kemudian banyak anak muda masih menilai pertanian itu kumuh, miskin, tidak keren. Menurunnya jumlah petani bisa mengancam upaya Indonesia untuk mewujudkan kedaulatan pangan," katanya.
Oleh karena itu, Kementan juga mendorong potensi yang dimiliki milenial. Sebab milenial dibutuhkan untuk meneruskan pembangunan pertanian.
"Selain itu, kemajuan teknologi 4.0 membutuhkan SDM yang bisa bersaing. Dan 4.0 adalah eranya generasi milenial. Petani milenial juga diharapkan mampu berinovatif, menghadirkan pemikiran kreatif untuk mendukung pertanian, serta mampu memanfaatkan ketersediaan lahan," paparnya.
Untuk mendukung hal tersebut, Kementan menghadirkan sejumlah kegiatan, seperti Bimtek Petani Milenial di Jombang, Milenial Smart Farming di Kabupaten Bandung, juga Fasilitasi Kemitraan Petani Milenial - Kerja sama dengan PT Tsamarot, dan masih banyak lagi. (jpnn)