Kementan Serius Garap Raksasa Tidur untuk Ketahanan Pangan
Memaksimalkan rawa lebak butuh strategi dan penerapan teknologi yang tepat guna. Konsep mini polder diyakini dapat mengatasi kendala utama pengembangan usahatani lahan rawa lebak, seperti banjir pada musim hujan dimana fluktuasi air sangat sulit diperkirakan.
Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Dedi Nursyamsi saat melakukan temu lapang dengan kelompok tani Desa Habuku Raya, Kabupaten Hulu Sungai Utara pada Kamis (9/8) lalu mengungkapkan bahwa konsep mini polder terbukti meningkatkan indeks pertanaman lahan sawah di rawa lebak dari tanam sekali menjadi dua kali dalam setahun.
“Konsep mini polder merupakan pembagian polder besar (> 1000 ha) menjadi polder yang lebih kecil (50-100 ha) dengan tujuan agar pengelolaan air lebih mudah dan biaya perawatan lebih murah. Kendala kelebihan air di musim hujan yang biasanya menggenangi lahan sawah bisa dipompa keluar sehingga lahan bisa ditanami,” terang Dedi.
Selain fluktuasi tinggi muka air, peneliti dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Indrastuti A. Rumanti menyebutkan bahwa kendala lainnya adalah ancaman penyakit blast. “Varietas unggul padi yang toleran terhadap genangan, serta toleran terhadap penyakit blast dapat menjadi salah satu komponen teknologi penting dan murah untuk mengatasi permasalahan di lahan rawa,” lanjut Indras.
Indras menjelaskan, ada beberapa varietas unggul baru yang dapat mengatasi penyakit blast dan tahan terhadap genangan. Varietas yang adaptif terhadap genangan memiliki produktifitas 6 hingga 9,5 ton per hektar. Bahkan ada petani di Cilacap yang produktivitasnya mencapai 10 ton/ha di lahan lebakan.
Varietas tersebut toleran terhadap rendaman selama 6 hingga 14 hari pada fase vegetatif, dan dapat bertahan hidup dalam kondisi tenggelam hingga 14 hari berturut-turut. Inpara 3 dan Inpara 8 Agritan misalnya memiliki sifat istimewa, yakni mampu memanjangkan tinggi tanamannya mengikuti tinggi muka air, sehingga dapat bertahan pada kondisi genangan (stagnant flooding) antara 60 sampai 80 cm hingga fase generatif.
Indras mengaku telah memperkenalkan berbagai varietas diatas melalui demontration plot (demplot) yang bertujuan untuk mengetahui preferensi petani, pedagang benih/beras dan pengusaha penggilingan. Demplot juga berfungsi sebagai upaya seleksi variteas.
“Melalui demplot, pemulia padi akan mendapatkan umpan balik guna memperbaiki kekurangan varietas yang dikenalkan, varietas yang terpilih diharapkan dapat diterima dan diadopsi oleh petani lebak, sekaligus dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di lahan lebak,” tutup Indras.(adv/jpnn)