Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kenangan Capt Sumarwoto Menjadi Test Pilot dalam First Flight N250

Sedih, Pesawat Kebanggaan Itu Kini Mangkrak

Kamis, 27 November 2014 – 13:21 WIB
Kenangan Capt Sumarwoto Menjadi Test Pilot dalam First Flight N250 - JPNN.COM
PILOT PILIHAN: Capt Sumarwoto menunjukkan foto dirinya saat menerbangkan perdana pesawat N250. Foto: Dian Wahyudi/Jawa Pos

Kepercayaan diri itu bukan tanpa alasan. Sebab, Sumarwoto bersama temannya, Capt Erwin Danuwinata (alm) yang bertindak sebagai test pilot, terlibat dalam proyek prestisius itu sejak awal 1990-an. Yakni, sejak ’’nyawa’’ N250 kali pertama disimulasikan di-in-flight simulator di Calspan, perusahaan swasta di Amerika Serikat yang memiliki fasilitas simulasi kelayakan rancangan sebuah pesawat lewat rekayasa komputer. 

Dalam tahap itu, peran test pilot menjadi sangat sentral. Dari data di Calspan, sejumlah kelemahan rancangan awal sebuah pesawat bisa diketahui untuk kemudian diperbaiki. Tidak hanya sekali ’’nyawa’’ N250 harus masuk ke Calspan sebelum akhirnya dinyatakan layak diproduksi.

’’Waktu itu, saya jadi tahu bahwa engineer kita itu luar biasa, pinter-pinter. Pesawat N250 itu bagus lho,’’ tegas pria kelahiran Jogjakarta, 12 Desember 1950, itu. 

Tidak cukup di situ, Sumarwoto dan Erwin juga sempat dikirim ke AS untuk menguji dua pesawat yang mirip dengan rancangan N250. Yaitu, pesawat ATR72 buatan Prancis yang memiliki kemiripan bentuk dan pesawat SAAB2000 buatan Swedia yang memiliki kemiripan pemakaian mesin.

Khusus untuk ATR, dua pilot Indonesia itu sempat menguji kemampuan stall pesawat yang kini menjamur di hampir seluruh dunia tersebut. Produsen sebenarnya sangat membatasi tes yang tergolong membahayakan itu. Sebab, ketika daya dorongnya sengaja dilebihkan, pada titik tertentu, hidung pesawat bisa berada di atas dan kehilangan kecepatan. Jika seorang pilot tidak segera bisa menguasai kembali, pesawat bisa jatuh dengan pola spiral atau yang dikenal dengan istilah deep stall.

Namun, karena kebutuhan untuk mendapatkan data performa pesawat secara lebih lengkap, Sumarwoto tetap melaksanakan tes itu. ’’Kami tetap stall dan ternyata tidak deep stall. Pilot Indonesia memang gendeng-gendeng,’’ ujarnya mengenang masa-masa indah itu lalu tersenyum. 

Tahap membangun kepercayaan terhadap performa pesawat sebelum N250 benar-benar terbang terus dilakukan. Misalnya, pengujian kestabilan pesawat lewat sejumlah rangkaian tes high speed taxi run. Pesawat dipacu dengan kecepatan tinggi di landasan seperti balapan, kemudian di-refresh.

Tes terakhir dilakukan pada dua hari sebelum terbang pertama. Saat itu, kemampuan terbang awal N250 dicoba, mirip dengan penerbangan perdana yang sesungguhnya. Setelah pesawat melaju di landasan, switch take-off,lalu diangkat sedikit. Bedanya, pesawat harus segera di-landing-kan lagi ketika sudah terangkat sedikit. Begitu terus dilakukan berulang-ulang mirip anak burung yang baru belajar terbang.

Pesawat N250 bikinan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) punya arti tersendiri bagi Sumarwoto. Sebab, dialah test pilot yang menerbangkan perdana

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close