Kereta Hijau
Oleh Dahlan IskanRobert pilih di bawah. Wajahnya nanar. Ia harap-haral cemas. Ia menunggu siapa penumpang yang akan satu kamar dengan kami.
Penumpang itu pun datang. Lumayan. Laki-laki. Setengah baya. Ia pilih yang di bawah.
Lalu masuk lagi seorang wanita. Juga setengah baya. Dapat nomor di atas --di seberang saya.
Saya pun menyapa mereka. Mereka terbengong-bengong melihat saya berbahasa Mandarin.
Mereka ternyata guru SMA. Asalnya Henan --28 jam perjalanan. Kami lega dapat teman sekamar seorang guru. Bisa banyak bertanya soal pendidikan di Xinjiang.
Hari itu mereka akan pulang kampung. Mengunjungi keluarga. Bekalnya banyak: kacang rebus, jagung rebus, buah-buah Xinjiang, beberapa kantong roti naan yang besar, dan banyak lagi. Cukup untuk makan dua hari di kereta.
Mereka seperti heran: kok kami tidak berbekal makanan. Padahal perjalanan kami tiga hari.
Mereka tidak tahu bahwa kami membawa banyak anggur Xinjiang. Yang ada di DI's Way Buah Sembrono itu.