Ketika Balerina Dunia Juliet Burnett Berbagi Ilmu di Tepian Ciliwung
Kendati tak tahu banyak tentang permasalahan yang terjadi, dia mengaku berkewajiban menguatkan kaum yang merasa termarginalkan. Itu salah satu pelajaran yang dia petik dari Rendra.
"Kata Om Willy, menyuarakan suara rakyat itu bisa dilakukan dalam media apa saja dari masing-masing pelaku seni," ungkapnya.
Dulu, setiap bertemu dengan sang paman dalam acara keluarga, Juliet selalu ditarik dari kerumunan. Mereka berdua lalu bicara tentang seni sampai membahas filosofi seni Jawa.
Karena itu, berkunjung ke Indonesia selalu menyenangkan bagi penyuka tempe tersebut. Termasuk dalam kunjungan kali ini. Selain mengajarkan balet, dia bisa mengunjungi tempat orang utan di Sumatera dan beranjangsana ke keluarga besar sang ibunda di Jakarta.
Kesempatan mengajar di Ciliwung itu dia akui sebagai salah satu upaya balas budi terhadap orang-orang yang mendorongnya dalam seni peran. Terutama, tentu kedua orang tua.
Sejak kali pertama mencicipi balet pada umur lima tahun, Juliet merasa punya sesuatu yang spesial sehingga bisa belajar dengan cepat. Ketika dia memutuskan untuk bekarir sebagai seniman profesional, kembali sang paman yang paling girang.
Rendra, kenang dia, pernah bercerita bahwa nenek Juliet, Raden Ayu Catharina Ismadillah, adalah penari keraton. Meski sang nenek sudah meninggal saat dia masih kecil, sang paman terus mengingatkannya tentang almarhumah.
"Sampai-sampai Om Willy juga mengajari saya kebiasaan teknik meditasi sebelum pentas," ujarnya.